Of all the soldiers Kodam Mulawarman, Tan Aspan said only a handful of them from the tribe of Borneo as Dayaks, Banjar and Kutai. Almost all the soldiers Kodam Mulawarman, he said, are migrants from outside Borneo.
The regional commander Major General Tan Aspan Mulawarman was disappointed with the system acceptance soldiers who do not prioritize son Kalimantan.
Prospective officers, NCOs, and enlisted native son of the area median failed due to issues that are not important.
"The former has earrings in her ears or a little tattoo on his body. The issue is a wedge issue like sons of the soil so the soldiers, not something important. After all, no face wrote that the tattoo, it is finished, "he said in Balikpapan, Thursday (5/8).
Similarly, when native son Borneo enroll in the Military Academy hampered the same problems. Of the four candidates officers Borneo native son, Tan said Aspan none of which qualify for the military to recruit officers.
"At least one course that got away, but it completely failed," he said.
Of all the soldiers Kodam Mulawarman, Tan Aspan said only a handful of them from the tribe of Borneo as Dayaks, Banjar and Kutai. Almost all the soldiers Kodam Mulawarman, he said, are migrants from outside Borneo.
"From a military command office Mulawarman of it, probably only me that is native Borneo. The rest are all outside, "he said. Tan Aspan claimed to need soldiers who are from native son Kalimantan. The existence of native warriors Borneo, he fits in the shift of troops stationed in the border region.
"How do I put troops on the border if there is not a native Borneo. When native Borneo course voluntarily placed for security at the border, "he said.
Kodam Mulawarman put 650 military personnel in the border belt Borneo - Malaysia along the border post. Troops who served during the year were from Battalion 611 Samarinda unity.
(..................)
Putra Daerah Gagal Masuk TNI Karena Hal Tak Penting
Balikpapan
-Panglima Komando Daerah Militer Mulawarman Mayor Jenderal Tan Aspan mengaku kecewa dengan sistim penerimaan prajurit TNI yang tidak memprioritaskan putra daerah Kalimantan.
Calon perwira, bintara, maupun tamtama asli putra daerah rata-rata gagal disebabkan persoalan yang tidak penting.
-Panglima Komando Daerah Militer Mulawarman Mayor Jenderal Tan Aspan mengaku kecewa dengan sistim penerimaan prajurit TNI yang tidak memprioritaskan putra daerah Kalimantan.
Calon perwira, bintara, maupun tamtama asli putra daerah rata-rata gagal disebabkan persoalan yang tidak penting.
“Bekas
punya anting di telinganya atau ada sedikit tato di badannya. Persoalan
persoalan seperti itu yang mengganjal putra daerah jadi prajurit TNI,
bukan sesuatu yang penting. Toh, bukan mukanya aja yang di tato, kan
selesai,” ungkapnya di Balikpapan, Kamis (5/8).
Demikian pula saat putra asli Kalimantan mendaftar di Akademi Militer terganjal permasalahan yang sama. Dari empat calon perwira putra asli Kalimantan, kata Tan Aspan tidak satupun diantaranya yang lolos dalam penerimaan calon perwira TNI.
“Minimal satu saja yang lolos, tapi ini seluruhnya gagal,” tuturnya.
Dari seluruh prajurit Kodam Mulawarman, Tan Aspan mengatakan hanya segelintir diantaranya yang berasal dari suku Kalimantan seperti Dayak, Banjar maupun Kutai. Hampir seluruh prajurit Kodam Mulawarman, katanya merupakan pendatang dari luar Kalimantan.
“Dari kantor Kodam Mulawarman sebesar itu, mungkin hanya saya saja yang merupakan asli Kalimantan. Sisanya adalah orang luar semua,” ungkapnya. Tan Aspan mengaku butuh prajurit TNI yang berasal dari asli putra daerah Kalimantan. Keberadaan prajurit asli Kalimantan, menurutnya sangat sesuai dalam pergeseran pasukan yang ditempatkan di kawasan perbatasan.
“Bagaimana saya menempatkan pasukan di perbatasan bila tidak orang asli Kalimantan disana. Bila orang asli Kalimantan tentunya secara suka rela ditempatkan untuk pengamanan di perbatasan,” ujarnya.
Kodam Mulawarman menempatkan 650 personil TNI dalam pengaman kawasan perbatasan Kalimantan – Malaysia di sepanjang pos perbatasan. Pasukan yang bertugas selama setahun ini berasal dari kesatuan Batalyon 611 Samarinda.
Major General Tan Aspan
SG WIBISONO
Demikian pula saat putra asli Kalimantan mendaftar di Akademi Militer terganjal permasalahan yang sama. Dari empat calon perwira putra asli Kalimantan, kata Tan Aspan tidak satupun diantaranya yang lolos dalam penerimaan calon perwira TNI.
“Minimal satu saja yang lolos, tapi ini seluruhnya gagal,” tuturnya.
Dari seluruh prajurit Kodam Mulawarman, Tan Aspan mengatakan hanya segelintir diantaranya yang berasal dari suku Kalimantan seperti Dayak, Banjar maupun Kutai. Hampir seluruh prajurit Kodam Mulawarman, katanya merupakan pendatang dari luar Kalimantan.
“Dari kantor Kodam Mulawarman sebesar itu, mungkin hanya saya saja yang merupakan asli Kalimantan. Sisanya adalah orang luar semua,” ungkapnya. Tan Aspan mengaku butuh prajurit TNI yang berasal dari asli putra daerah Kalimantan. Keberadaan prajurit asli Kalimantan, menurutnya sangat sesuai dalam pergeseran pasukan yang ditempatkan di kawasan perbatasan.
“Bagaimana saya menempatkan pasukan di perbatasan bila tidak orang asli Kalimantan disana. Bila orang asli Kalimantan tentunya secara suka rela ditempatkan untuk pengamanan di perbatasan,” ujarnya.
Kodam Mulawarman menempatkan 650 personil TNI dalam pengaman kawasan perbatasan Kalimantan – Malaysia di sepanjang pos perbatasan. Pasukan yang bertugas selama setahun ini berasal dari kesatuan Batalyon 611 Samarinda.
Major General Tan Aspan
SG WIBISONO
No comments:
Post a Comment