Friday, September 12, 2014

Early entry of new-religion Islam and Catholicism in The Land of Dayak and converted to Islam (Becoming Malay / Laut, Senganan)


Awal Masuknya Agama baru-
Islam  dan Katolik
di Tanah Dayak
dan menjadi Islam 
( menjadi Melayu/ Laut, senganan )
Early entry of new-religion
Islam and Catholicism
in The Land of Dayak
and converted to Islam
(Becoming Malay / Laut, Senganan)

 
 Dara Dayak yang berperan membentuk 
kerajaan Islam

 
 Dara Dayak yang berperan membentuk 
kerajaan Islam

A. Masuknya Islam di Borneo Barat.

Daerah pertama di Kalimantan Barat yang diperkirakan terdahulu mendapat sentuhan agama Islam adalah Pontianak, Matan dan Mempawah. Islam masuk ke daerah-derah ini diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi pembawa islam pertama bernama Syarief Husein, seorang Arab. Versi yang lebih lengkap menyatakan, nama beliau adalah Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein.

Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat. Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan. Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan Matan.
Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M). Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan Ayahnya Syarief Husein (Ada yang menyebutnya Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di Kerajaan Matan hampir selama 20 tahun.


B. Masuknya Katolik  di Borneo Barat.
Karya misi Katolik dimulai di bagian selatan Kalimantan Timur atau daerah sungai Mahakam. Ketiga misionaris yang pertama dari ordo OFMCap memulainya di stasi Laham pada bulan Juni 1907. Mereka adalah Pastor Libertus Cluts OFMCap, Pastor Camillus Buil OFMCap dan Bruder Ivo OFMCap.

Pada awalnya para misionaris itu mau memulai karya misi di kampung lain, misalnya Mamahak Besar atau Long Iram, tetapi akhirnya kampung Laham yang dipilih karena jumlah penduduknya waktu itu 96 orang. Kedatangan para misionaris tidak disambut dengan penyambutan yang meriah tetapi justru mereka diterima sebagai orang asing.

Orang kampung malahan bersikap “TUNGGU SAJA” sampai menjadi jelas apa maksud ketiga orang Belanda itu mendatangi kampung mereka. Meskipun begitu masyarakat di kampung Laham membantu para misionaris dengan membangun pastoran yang sederhana dan kapel yang kecil. Tetapi tidak ada satu orang Dayak pun yang datang kepada salah satu Pastor dan memberi tahu bahwa ia mau menjadi Kristen. Belum ada seorang Dayak yang berpikir mengenai hal itu. Tetapi mereka mulai menghargai missionaris sebagai orang yang “VERY KIND”, yang selalu siap sedia untuk membantu dengan obat atau garam, yang kadang tidak ada.

Di luar karya misi di daerah Laham, Ordo OFMCap  juga bekerja di Kalimantan Barat dan memperhatikan karya misi di seluruh pulau Sumatera. Semua tugas ini dipandang terlalu berat untuk Ordo OFMCap. Pada tanggal 13 Agustus 1924 Superior Provinsi Ordo OFMCap di Nederland mengirim surat meminta bantuan tenaga misionaris kepada Kongregasi MSF di Grave.

Pada tanggal 12 Januari 1925 pater General MSF membalas surat itu dan memberitahu, bahwa MSF bersedia mengambil alih sebagian dari Vikariat Apostolik Pontianak.

Kesimpulan:
  1. Agama Islam dan Katolik, merupakan agama baru yang dibawa orang luar- Yaman dan Belanda;
  2. Kusus untuk Kalimantan  Barat- sebelum masuknya agama baru, masyarakat Dayak ( yang terdiri dari 402 sub-suku ) adalah penganut agama asli;
  3. Penggunaan nama Melayu untuk Dayak ( islam ) merupakan kecelakaan sejarah dayak akibat perbedaan dalam pandangan agama terutama mengenai akaidah agama- BABI;
  4. Tidak ada Melayu, yang ada adalah: Dayak keturunan Yaman ( Kesultanan Pontianak, Kerajaan Tanjung Pura ), Dayak Bugis, ( Kerajaan Mempawah) Dayak Banten-Jawa ( Kerajaan Landak, Sintang ) dan lain-lain.


Early entry of new-religion
Islam and Catholicism
in The Land of Dayak
and converted to Islam
(Becoming Malay / Laut, Senganan)
 
Raja- 
yang menyangkal keturunan Dayak 

A.The entry of new-religion ( Islam )  in The Land of Dayak


The first area in West Kalimantan was estimated earlier got a touch of the Islamic religion was Pontianak, Matan and Mempawah.
Islam arrived in
those parts was estimated to be between 1741, 1743 and 1750 According to one version of Islam first carrier named Syarif Hussein, an Arab. A more complete version states, his name was Syarif Abdurrahman al-Kadri, son of Svarif Hussein.
Syarif Abdurrahman Al-Kadri was a native son of West Kalimantan. His father Sayyid Habib Husein al-Kadri, an Arab descent who have become citizens of Matan. His mother named Nyai Old, a daughter Dayak who has embraced Islam, the daughter of the Kingdom of Matan.
Syarif Abdurrahman al-Kadri Matan was born on the 15th of Rabi al-Awwal 1151 H (1739 AD). So he was of Arab descent and Dayak and Syarif father Hussein (Some call Habib Husein) became famous cleric in the Kingdom Matan nearly 20 years.

B.The entry of new-religion ( Catholic in The Land of Dayak.

Catholic mission work began in the southern part of East Kalimantan, Mahakam area. These three were the first missionaries of the Capuchin order in stations Laham started in June 1907 They were Libertus Cluts Capuchin priest, Father Camillus and Brother Ivo Buil Capuchin Capuchin.

At first the missionaries would begin mission work in other villages, such as Mamahak Large or Long Iram, but eventually the village Laham chosen because the population at that time 96 people. The arrival of the missionaries were  not greeted with a rousing reception but instead they received as a stranger.

Villagers even be "JUST WAIT" until it became clear what was meant by the three Dutch people had come to their village. Even so the people in the village Laham help the missionaries to build a simple rectory and a small chapel. But there is no one else that comes Dayaks to one Pastor and told him that he wanted to become a Christian. No one Dayak who thought  about it. But they began to appreciate the missionaries as people who "VERY KIND", which was always ready to help with drug or saline, which sometimes was not there.

Outside the mission work in the area Laham, Capuchin Order also work in West Kalimantan and pay attention to the work of missions around the island of Sumatra. All these tasks deemed too heavy for the Capuchin Order. On August 13, 1924 Order of Capuchin Superior Province in the Netherlands sent a letter requesting the assistance of missionaries to the Congregation MSF in the Grave.

On
January 12, 1925 putter General MSF wrote back and told, that MSF was willing to take over some of the Vicariate Apostolic of Pontianak.

Conclusion
:

  •      Islam and Catholic religion, as new religion that brought by the outside-Yemen and the Netherlands;
  •      Specially for West Kalimantan- before the entry of a new religion, the Dayak community (which consists of 402 sub-tribes) was the original religion;
  •      The use of the Malay name for the Dayak (Islam) is a historical accident caused by differences in view of religion, especially regarding akaidah- PIG;
  •      No Malays, there is: Dayak descent Yemen (Pontianak Sultanate, Kingdom of Tanjung Pura), Dayak Bugis, (Kingdom of Mempawah) Dayak-Java Banten (Kingdom Landak , Sintang) and others.
Sumber:
  •  http://msfmusafir.wordpress.com/2007/07/04/sekilas-sejarah-misi-katolik-di-pulau-kalimantan/
  • http://www.anneahira.com/kota-sintang.htm
  • http://senyumislam.wordpress.com/2012/09/10/perkembangan-islam-di-kalimantan-barat/

No comments:

Post a Comment