Tuesday, January 1, 2013

Banjar people ( Urang Banjar )

Banjar people
Berkas:Pembesar Kerajaan Banjar Museum Lambung Mangkurat.JPG


Asal usul suku Banjar
Suku bangsa Banjar diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah airbaru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.
Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelah
bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan denganimigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu
(Banjar)Pahuluan
,
(Banjar) Batang Banyu, danBanjar (Kuala).
Orang Pahuluan
pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhuluke pegunungan Meratus,
orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala)mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura).

Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera
atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa.
Nama
Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga KesultananBanjarmasin atau disingkat
Banjar
, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukotadipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubahlagi.
( http://www.scribd.com/doc/31527356/SUKU-BANJAR  )

Banjar Urang Banjar
Total population
4.8 million
Regions with significant populations
Indonesia (2000 census) 3,500,000 [1]
        South Kalimantan 2,271,586
        Central Kalimantan 435,758
        East Kalimantan 340,381
        Riau 179,380
        North Sumatera 111,886
Malaysia 538,826
Languages
Banjar, Indonesian and Malay.
Religion
Islam
Related ethnic groups
Malays, Kutai, Tausūg, Dayak (Dayak Bukit, Bakumpai, Ngaju, Ma'anyan, Lawangan)
The Banjar or Banjarese (Urang Banjar in Banjarese language; اورڠ بنجر in Jawi script) are a coastal, native ethnic group that settled in Tanah Laut and Banjarmasin in the south and in Hulu Sungai in the north of South Kalimantan, Indonesia, the second largest city on the island of Borneo. Several centuries ago, some of them had travelled to many places in the Malay archipelago. They set up pockets of settlement there, in Perak (mostly in Bagan Serai, Parit Buntar and Teluk Intan region), Selangor around (Sabak Bernam and Sungai Besar), in Johor (Batu Pahat), in Medan as well as other places.

The Banjarese people are made up of the native Dayaks, other Malays from Sumatra, and Javanese from Java.

Sub-ethnicities


Mannequins wearing two styles of Banjarese clothing: Bagajah Gamuling Baular Lulut (left) and Baamar Galung Pancar Matahari (right).
Sasanggan, a bronze bowl used by the Banjarese during a traditional ceremony.
The division of Banjar people into 3 ethnicities is based on the locations of the assimilation between the Malays, the local Dayaks (Dayak Bukit, Dayak Ma’anyan, Dayak Lawangan, Dayak Ngaju, Dayak Barangas, and Bakumpai), and the Javanese.
  1. The Banjar Pahuluan, who live in the valleys by the upriver of Meratus mountain ranges. They make their living from agriculture.
  2. The Banjar Batang Banyu, who live in the valleys by the river of Negara. They are proud of their position as the people of the ancient capital. They are also prominent merchants.
  3. The Banjar Kuala, who live in Banjarmasin and Martapura. They are the people of the new capital.

Language

Banjar language in Jawi script sign of Lok Tamu village office in Mataraman subdistrict, Banjar Regency, South Kalimantan, Indonesia

Banjar language Arabic script Logo of Banjar Wikipedia
The Banjar language (bjn) reflects the history of people. It is basically the Malay language brought from Sumatra, with some words that are taken from Javanese and the native Dayaks.

Relations with Dayaks

The relationship between Banjar people and the neighboring Dayaks have always been good. Some of the Dayaks who had converted to Islam have also assimilated into the Banjar culture and call themselves Banjar. The Dayaks also think of the Banjars as their brothers and sisters. This is further strengthened by the fact there are many inter-marriages between the Banjars and the Dayaks, even among the members of the royalty. For example, Biang Lawai, a wife of a Banjar king was of Dayak Ngaju ethnicity. This means that the Banjarese Kings and Queens have Dayaks lineage in their blood.

This relationship grew strong when both ethnicities faced colonization by the Dutch in the 18th century. They became comrades in an age of war. Some of the warriors involved in Banjar War are of Dayak ethnicities or have Dayaks lineage in their blood. For example:
  1. Panglima Batur, who was of Dayak Siang Murung ethnicity,
  2. Panglima Wangkang, whose his father was a Dayak Bakumpai and whose mother was a Banjar,
  3. Panglima Batu Balot (Tumenggung Marha Lahew), a female warrior who attacked Fort Muara Teweh in 1864-1865.

    Referensi
    http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar

    1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 1 Januari 2011. ISBN 9789790644175.
    2. ^ (Jerman) Haarmann, Harald (2002). Sprachenalmanach: Zahlen und Fakten zu allen Sprachen der Welt. Campus Verlag. hlm. 308. ISBN 3-593-36572-3.ISBN 9783593365725
    3. ^ (Inggris) David Taylor, 21 Signs of His Coming: Major Biblical Prophecies Being Fulfilled In Our Generation, Taylor Publishing Group, ISBN 0-9762933-4-X, 9780976293347
    4. ^ Ethnicity and territory in the late colonial imagination
    5. ^ Zulyani Hidayah, Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia, LP3ES, 1997, ISBN 979-8391-64-0, 9789798391644
    6. ^ Mohamad Idwar Saleh, Banjarmasih, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1981
    7. ^ M. J. Melalatoa, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia, Volume 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
    8. ^ (Inggris)Banjar of Indonesia
    9. ^ (Inggris)Languages of Kalimantan (www.ethnologue.com)
    10. ^ (Inggris)Languages of Kalimantan: Wikis (/www.thefullwiki.org)
    11. ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. hlm. 13. ISBN 6028397210.ISBN 9786028397216
    12. ^ (Indonesia) Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 192. ISBN 979-98014-1-9.ISBN 9789799801418
    13. ^ [1]
    14. ^ (Indonesia)Tsing, Anna Lowenhaupt. Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 75-79, 405. ISBN 979-461-306-1.ISBN 9789794613061
    15. ^ (Belanda) Nederlandsch-Indië (1838). Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië. 1-2. Lands-drukk.. pp. 8.
    16. ^ (Indonesia) Lombard (1996). Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789796054534. ISBN 9796054531 ISBN 9796054523 ISBN 9789796054527
    17. ^ (Inggris)Rowthorn,, Chris (2008). Borneo. Lonely Planet. hlm. 32. ISBN 1740591054.ISBN 9781740591058
    18. ^ (Indonesia)Pramono, Djoko (2005). Budaya Bahari. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 133. ISBN 979-22-1376-7.ISBN 9789792213768
    19. ^ a b c d e f g h i (Indonesia) Alfani Daud, Islam & masyarakat Banjar: diskripsi dan analisis kebudayaan Banjar, RajaGrafindo Persada, 1997, ISBN 979-421-599-6, 9789794215999
    20. ^ (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Dengan Akhir Abad ke-19, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, Museum Negeri Lambung Mangkurat Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru 1986.
    21. ^ Idwar Saleh, makalah Perang Banjar 1859-1865, 1991.
    22. ^ Tim Haeda dalam Islam Banjar; Tentang Akar Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius, 2009
    23. ^ Irfan Noor, "Islam dan Universum simbolik Urang Banjar"
    24. ^ Inti Orang Banjar Kuala yang asli adalah penduduk mula-mula yang menempati sungai Kuin sebelum tahun 1612, setelah tahun tahun 1612 mereka dipindahkan ke Martapura yang menjadi cikal bakal penduduk Martapura. Menurut laporan Radermacher dalam tahun 1780 penduduk Kuin (Banjar Lama) hanya berjumlah 100 orang, sedangkan di Tatas 2000 orang. Pada awal abad ke-18 di Banjarmasin mulai didirikan perkampungan suku pendatang seperti kotta-blanda, Kampung Cina, Melayu, Arab, Jawa, Bugis dan lain-lain. Di Martapura juga terbentuk Kampung Melayu, Kampung Jawa, pendatang suku Suluk dan lain-lain
    25. ^ menempati kawasan Alalak
    26. ^ Kelurahan Melayu Banjarmasin, mereka mengklaim sebagai penduduk "asli" Banjarmasin dengan logat bicara yang khas
    27. ^ Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin
    28. ^ Kelurahan Kertak Baru Ulu Banjarmasin
    29. ^ Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin
    30. ^ a b Volkstelling 1930, V:27
    31. ^ (Inggris) Haug, Michaela. Poverty and Decentralisation in East Kalimantan. Centaurus Verlag & Media KG. hlm. 50. ISBN 3-8255-0770-X.ISBN 9783825507701
    32. ^ a b c (Indonesia) Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Yayasan Obor Indonesia, 2007, ISBN 979-799-083-4, 9789797990831
    33. ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999 ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
    34. ^ (Indonesia) Purwadi & Hari Jumanto (2005). Asal mula tanah Jawa. Gelombang Pasang.
    35. ^ (Indonesia) PENELITIAN AWAL TEMUAN PERAHU KUNA
    36. ^ Maka Pangeran Samudera itu, sudah tetap kerajaannya di Banjarmasih itu, maka masuk Islam. Diislamkan oleh Penghulu Demak itu. Maka waktu itu ada orang negeri Arab datang, maka dinamainya Pangeran Samudera itu Sultan Suryanullah. Banyak tiada tersebut. Maka Penghulu Demak dengan Menteri Demak itu disuruh Sultan Suryanullah kembali. Maka orang Demak yang mati berperang ada dua puluh itu, disilih laki-laki dan perempuan yang dapat menangkap, tertangkap tatkala berperang itu, orang empat puluh. Maka Penghulu Demak dan Menteri Demak serta segala kaumnya sama dipersalin. Yang terlebih dipersalinnya itu penghulunya, karena itu yang mengislamkan. Serta persembah Sultan Suryanullah emas seribu tahil, intan dua puluh biji, lilin dua puluh pikul, pekat seribu galung, damar seribu kindai, tetudung seribu buah, tikar seribu kodi, kajang seribu bidang. Sudah itu maka orang Demak itu kembali. Itulah maka sampai sekarang ini di Demak dan Tadunan itu ada asalnya anak-beranak cucu-bercucu itu asal orang Nagara itu; tiada lagi tersebut.(J.J. Ras Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography)
    37. ^ (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
    38. ^ Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, PT Bentang Pustaka, Hlm. 140, ISBN 979-3062-59-2
    39. ^ Kampung Banjar dahulu termasuk dalam wilayah Kelurahan Banjarsari (Semarang) yang telah dihapuskan bersama dengan kelurahan Mlayu Darat kemudian digabung ke dalam wilayah Kelurahan Dadapsari
    40. ^ (Indonesia) Kampung Melayu di Semarang
    41. ^ (Indonesia) PENGARUH KEBUDAYAAN BANJAR TERHADAP BENTUK RUMAH PANGGUNG MASYARAKAT BANJAR DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG
    42. ^ (Indonesia) Tundjung W. Sutirto, Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang, Pustaka Cakra, 2000
    43. ^ KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KOTA MAKASSAR SEBAGAI TEMA PAMERAn
    44. ^ "Pejuang Islam yang Terasing di Tanah Minahasa ", (Masjid Raya Vila Inti Persada). Diakses pada 27 Juli 2011.
    45. ^ SEJARAH MIGRASI ORANG BANJAR KE MALAYSIA. Diakses 28 Agustus 2010
    46. ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
    47. ^ (Indonesia) Levang, Patrice. Ayo ke tanah sabrang: transmigrasi di Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 165. ISBN 979-9100-03-8.ISBN 9789799100030
    48. ^ ORANG BANJAR DAN BUDAYA SUNGAI
    49. ^ a b Kompas Online - Gusti Jamhar Akbar, Tokoh Seni Lamut
    50. ^ a b c Viva Borneo - Mamanda, Seni Pementasan Pulau Kalimantan
    51. ^ Musik Panting Banjar
    52. ^ Musik Kentung Banjar
    53. ^ (Indonesia) Tim Dapur Demedia, Kitab masakan sepanjang masa, DeMedia, 2010 ISBN 979-1471-89-4, 9789791471893
    54. ^ (Indonesia) Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah, PT Balai Pustaka, 2005, ISBN 979-690-360-1, 9789796903603
    55. ^ (Indonesia) Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 1 Januari 2011. ISBN 978-979-064-417-5.ISBN 9789790644175

No comments:

Post a Comment