Banjar people
Asal usul suku Banjar
Suku bangsa Banjar diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah airbaru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.
Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelahbercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan denganimigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu
Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelahbercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan denganimigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu
(Banjar)Pahuluan
,
(Banjar) Batang Banyu, danBanjar (Kuala).
Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhuluke pegunungan Meratus,
Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhuluke pegunungan Meratus,
orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala)mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura).
Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumateraatau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa.
Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga KesultananBanjarmasin atau disingkat
Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumateraatau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa.
Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga KesultananBanjarmasin atau disingkat
Banjar
, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukotadipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubahlagi.
( http://www.scribd.com/doc/31527356/SUKU-BANJAR )Total population | |||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
4.8 million | |||||||||||||||||||||
Regions with significant populations | |||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
Languages | |||||||||||||||||||||
Banjar, Indonesian and Malay. | |||||||||||||||||||||
Religion | |||||||||||||||||||||
Islam | |||||||||||||||||||||
Related ethnic groups | |||||||||||||||||||||
Malays, Kutai, Tausūg, Dayak (Dayak Bukit, Bakumpai, Ngaju, Ma'anyan, Lawangan) |
The Banjar or Banjarese (Urang Banjar in Banjarese language; اورڠ بنجر in Jawi script) are a coastal, native ethnic group that settled in Tanah Laut and Banjarmasin in the south and in Hulu Sungai in the north of South Kalimantan, Indonesia, the second largest city on the island of Borneo.
Several centuries ago, some of them had travelled to many places in the
Malay archipelago. They set up pockets of settlement there, in Perak (mostly in Bagan Serai, Parit Buntar and Teluk Intan region), Selangor around (Sabak Bernam and Sungai Besar), in Johor (Batu Pahat), in Medan as well as other places.
The Banjarese people are made up of the native Dayaks, other Malays from Sumatra, and Javanese from Java.
The Banjarese people are made up of the native Dayaks, other Malays from Sumatra, and Javanese from Java.
Sub-ethnicities
The division of Banjar people into 3 ethnicities is based on the
locations of the assimilation between the Malays, the local Dayaks
(Dayak Bukit, Dayak Ma’anyan, Dayak Lawangan, Dayak Ngaju, Dayak
Barangas, and Bakumpai), and the Javanese.
- The Banjar Pahuluan, who live in the valleys by the upriver of Meratus mountain ranges. They make their living from agriculture.
- The Banjar Batang Banyu, who live in the valleys by the river of Negara. They are proud of their position as the people of the ancient capital. They are also prominent merchants.
- The Banjar Kuala, who live in Banjarmasin and Martapura. They are the people of the new capital.
Language
The Banjar language (bjn) reflects the history of people. It is basically the Malay language brought from Sumatra, with some words that are taken from Javanese and the native Dayaks.
Relations with Dayaks
The relationship between Banjar people and the neighboring Dayaks
have always been good. Some of the Dayaks who had converted to Islam
have also assimilated into the Banjar culture and call themselves
Banjar. The Dayaks also think of the Banjars as their brothers and
sisters. This is further strengthened by the fact there are many
inter-marriages between the Banjars and the Dayaks, even among the
members of the royalty. For example, Biang Lawai, a wife of a Banjar
king was of Dayak Ngaju ethnicity. This means that the Banjarese Kings and Queens have Dayaks lineage in their blood.
This relationship grew strong when both ethnicities faced colonization by the Dutch in the 18th century. They became comrades in an age of war. Some of the warriors involved in Banjar War are of Dayak ethnicities or have Dayaks lineage in their blood. For example:
- Panglima Batur, who was of Dayak Siang Murung ethnicity,
- Panglima Wangkang, whose his father was a Dayak Bakumpai and whose mother was a Banjar,
- Panglima Batu Balot (Tumenggung Marha Lahew), a female warrior who attacked Fort Muara Teweh in 1864-1865.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar- ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 1 Januari 2011. ISBN 9789790644175.
- ^ (Jerman) Haarmann, Harald (2002). Sprachenalmanach: Zahlen und Fakten zu allen Sprachen der Welt. Campus Verlag. hlm. 308. ISBN 3-593-36572-3.ISBN 9783593365725
- ^ (Inggris) David Taylor, 21 Signs of His Coming: Major Biblical Prophecies Being Fulfilled In Our Generation, Taylor Publishing Group, ISBN 0-9762933-4-X, 9780976293347
- ^ Ethnicity and territory in the late colonial imagination
- ^ Zulyani Hidayah, Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia, LP3ES, 1997, ISBN 979-8391-64-0, 9789798391644
- ^ Mohamad Idwar Saleh, Banjarmasih, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1981
- ^ M. J. Melalatoa, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia, Volume 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
- ^ (Inggris)Banjar of Indonesia
- ^ (Inggris)Languages of Kalimantan (www.ethnologue.com)
- ^ (Inggris)Languages of Kalimantan: Wikis (/www.thefullwiki.org)
- ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. hlm. 13. ISBN 6028397210.ISBN 9786028397216
- ^ (Indonesia) Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 192. ISBN 979-98014-1-9.ISBN 9789799801418
- ^ [1]
- ^ (Indonesia)Tsing, Anna Lowenhaupt. Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 75-79, 405. ISBN 979-461-306-1.ISBN 9789794613061
- ^ (Belanda) Nederlandsch-Indië (1838). Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië. 1-2. Lands-drukk.. pp. 8.
- ^ (Indonesia) Lombard (1996). Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789796054534. ISBN 9796054531 ISBN 9796054523 ISBN 9789796054527
- ^ (Inggris)Rowthorn,, Chris (2008). Borneo. Lonely Planet. hlm. 32. ISBN 1740591054.ISBN 9781740591058
- ^ (Indonesia)Pramono, Djoko (2005). Budaya Bahari. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 133. ISBN 979-22-1376-7.ISBN 9789792213768
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia) Alfani Daud, Islam & masyarakat Banjar: diskripsi dan analisis kebudayaan Banjar, RajaGrafindo Persada, 1997, ISBN 979-421-599-6, 9789794215999
- ^ (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Dengan Akhir Abad ke-19, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, Museum Negeri Lambung Mangkurat Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru 1986.
- ^ Idwar Saleh, makalah Perang Banjar 1859-1865, 1991.
- ^ Tim Haeda dalam Islam Banjar; Tentang Akar Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius, 2009
- ^ Irfan Noor, "Islam dan Universum simbolik Urang Banjar"
- ^ Inti Orang Banjar Kuala yang asli adalah penduduk mula-mula yang menempati sungai Kuin sebelum tahun 1612, setelah tahun tahun 1612 mereka dipindahkan ke Martapura yang menjadi cikal bakal penduduk Martapura. Menurut laporan Radermacher dalam tahun 1780 penduduk Kuin (Banjar Lama) hanya berjumlah 100 orang, sedangkan di Tatas 2000 orang. Pada awal abad ke-18 di Banjarmasin mulai didirikan perkampungan suku pendatang seperti kotta-blanda, Kampung Cina, Melayu, Arab, Jawa, Bugis dan lain-lain. Di Martapura juga terbentuk Kampung Melayu, Kampung Jawa, pendatang suku Suluk dan lain-lain
- ^ menempati kawasan Alalak
- ^ Kelurahan Melayu Banjarmasin, mereka mengklaim sebagai penduduk "asli" Banjarmasin dengan logat bicara yang khas
- ^ Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin
- ^ Kelurahan Kertak Baru Ulu Banjarmasin
- ^ Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin
- ^ a b Volkstelling 1930, V:27
- ^ (Inggris) Haug, Michaela. Poverty and Decentralisation in East Kalimantan. Centaurus Verlag & Media KG. hlm. 50. ISBN 3-8255-0770-X.ISBN 9783825507701
- ^ a b c (Indonesia) Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Yayasan Obor Indonesia, 2007, ISBN 979-799-083-4, 9789797990831
- ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999 ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
- ^ (Indonesia) Purwadi & Hari Jumanto (2005). Asal mula tanah Jawa. Gelombang Pasang.
- ^ (Indonesia) PENELITIAN AWAL TEMUAN PERAHU KUNA
- ^ Maka Pangeran Samudera itu, sudah tetap kerajaannya di Banjarmasih itu, maka masuk Islam. Diislamkan oleh Penghulu Demak itu. Maka waktu itu ada orang negeri Arab datang, maka dinamainya Pangeran Samudera itu Sultan Suryanullah. Banyak tiada tersebut. Maka Penghulu Demak dengan Menteri Demak itu disuruh Sultan Suryanullah kembali. Maka orang Demak yang mati berperang ada dua puluh itu, disilih laki-laki dan perempuan yang dapat menangkap, tertangkap tatkala berperang itu, orang empat puluh. Maka Penghulu Demak dan Menteri Demak serta segala kaumnya sama dipersalin. Yang terlebih dipersalinnya itu penghulunya, karena itu yang mengislamkan. Serta persembah Sultan Suryanullah emas seribu tahil, intan dua puluh biji, lilin dua puluh pikul, pekat seribu galung, damar seribu kindai, tetudung seribu buah, tikar seribu kodi, kajang seribu bidang. Sudah itu maka orang Demak itu kembali. Itulah maka sampai sekarang ini di Demak dan Tadunan itu ada asalnya anak-beranak cucu-bercucu itu asal orang Nagara itu; tiada lagi tersebut.(J.J. Ras Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography)
- ^ (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
- ^ Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, PT Bentang Pustaka, Hlm. 140, ISBN 979-3062-59-2
- ^ Kampung Banjar dahulu termasuk dalam wilayah Kelurahan Banjarsari (Semarang) yang telah dihapuskan bersama dengan kelurahan Mlayu Darat kemudian digabung ke dalam wilayah Kelurahan Dadapsari
- ^ (Indonesia) Kampung Melayu di Semarang
- ^ (Indonesia) PENGARUH KEBUDAYAAN BANJAR TERHADAP BENTUK RUMAH PANGGUNG MASYARAKAT BANJAR DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG
- ^ (Indonesia) Tundjung W. Sutirto, Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang, Pustaka Cakra, 2000
- ^ KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KOTA MAKASSAR SEBAGAI TEMA PAMERAn
- ^ "Pejuang Islam yang Terasing di Tanah Minahasa ", (Masjid Raya Vila Inti Persada). Diakses pada 27 Juli 2011.
- ^ SEJARAH MIGRASI ORANG BANJAR KE MALAYSIA. Diakses 28 Agustus 2010
- ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
- ^ (Indonesia) Levang, Patrice. Ayo ke tanah sabrang: transmigrasi di Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 165. ISBN 979-9100-03-8.ISBN 9789799100030
- ^ ORANG BANJAR DAN BUDAYA SUNGAI
- ^ a b Kompas Online - Gusti Jamhar Akbar, Tokoh Seni Lamut
- ^ a b c Viva Borneo - Mamanda, Seni Pementasan Pulau Kalimantan
- ^ Musik Panting Banjar
- ^ Musik Kentung Banjar
- ^ (Indonesia) Tim Dapur Demedia, Kitab masakan sepanjang masa, DeMedia, 2010 ISBN 979-1471-89-4, 9789791471893
- ^ (Indonesia) Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah, PT Balai Pustaka, 2005, ISBN 979-690-360-1, 9789796903603
- ^ (Indonesia) Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 1 Januari 2011. ISBN 978-979-064-417-5.ISBN 9789790644175
No comments:
Post a Comment