Friday, January 4, 2013

Suku Dayak Banyadu
oleh Fabianus Oel Borneo pada 4 Januari 2013 pukul 19:02 ·





Suku Dayak Banyadu atau Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami kawasan Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

Istilah "Suku Dayak Banyadu" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata " Nyadu" yang artinya " Tidak" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya, sementara istilah "Dayak Banyuke" diambil dari nama Bandong orang Banyadu Jaman dulu yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu.

Dayak Banyadu sendiri merupakan salah satu anak suku dalam keluarga Dayak Kanayatn. Jika diperhatikan dari bahasanya Dayak Banyadu bersama Dayak Bakati merupakan transisi antara keluarga Dayak kanayatn dengan keluarga Dayak Bidayuh dimana sebagian bahasanya mirip atau sama dengan bahasa kanayatn dan sebagian lagi mirip atau sama dengan bahasa bidayuh. umumnya bunyi vokal bahasa banyadu yang sama dengan bahasa keluarga Dayak Kanayatn lainnya cenderung berbunyi ke vokal " U " misal kata " ada " dalam bahasa kanayatn lainnya pada Kanayatn Banyadu menjadi "Adu" kata " sama" menjadi "Samu" kata "Datakng" menjadi "Dutukng", "pesan' menjadi "pesun', "asap' menjadi "asup", "dalam" menjadi "dalum/darupm", "malam' menjadi "malum/ marupm", dan lain-lain.

Masyarakat Dayak Banyadu banyak bermukim di daerah kecamatan Banyuke hulu, Banyuke Darit, Meranti, dan di kecamatan Ngabang, di Kota Ngabang Kabupaten Landak serta di kecamatan Teriak,di kota Bengkayang, di beberapa desa di kecamatan Samalantan dan di desa-desa transmigrasi di seluruh Kabupaten Bengkayang serta di Kecamatan Tayan Hulu, kota Sosok, dan Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau Kapuas dan juga terdapat di Taiwan (China Taipei). Keturunan Dayak Banyadu yang terdapat di Taiwan Juga berasal dari Kalimantan Barat, nenek moyang orang Banyadu yang pergi ke Taiwan tersebut membawaserta anak dan istrinya, mereka berangkat bersama sejumlah orang Tionghoa Kalimantan barat yang diangkut dengan sejumlah kapal laut oleh tentara VOC Belanda kuranglebih telah 400 tahun yang lalu, dan di pekerjakan di perkebunan milik VOC di Taiwan.

Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dimasa dahulu seluruh orang banyadu ini mendiami sebuah kampung besar (Bandong) atau semacam kota dijaman Banyadu purba.kampung besar atau kota atau dalam istilah Dayak Banyadunya disebut BANNOKNG (Baca: Bandong,untuk anda yang tidak bisa logat Dayak) Bandong orang Banyadu ini, bernama BANYUKE, Bandong (kampung besar) banyuke ini merupakan pusat ke-temenggungan Dayak Banyadu. daerah Ketemenggungan Dayak Banyadu ini disebut BANUA SATONA yang beribukota pada Bandong Banyuke, Seringkali Banyuke yang merupakan Bandong dari banua Satona ini hanya di sebut dengan nama Bandong satona saja, tentu saja yang dimaksud adalah Bandong (ibukota/kampung besar) dari banua Satona.

Sejak di mulainya masa Pengayauan di kalangan Bangsa Dayak, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Bandong Banua-nya, orang Banyadu yang menyebar di masa itu di rintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan serta penaklukan terhadap subsuku Dayak lain, akibatnya orang Banyadu ( orang yang berasal dari Bandong Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal dan disegani serta di takuti oleh subsuku Dayak lain. Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya, adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain, para prajurit kayau Dayak Banyadu yang tidak berhasil membawa Kepala manusia ini, memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis didaerah taklukannya tersebut. umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu jaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan menyusuri hilir sungai yang diberi nama sama seperti nama Bandong-nya yaitu sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, masyarakat di masa itu mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandong-nya untuk berladang, Sebagai akibatnya banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota (Bandong) lama-kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil, karena di tinggal menyebar oleh penduduknya. Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menyebabkan orang Dayak banyadu jaman dulu di kenal dengan sebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga negerinya, hal ini terjadi, karena mengingat mereka berasal dari Bandong (kampung besar) Banyuke.

Cukup sering terjadi kekeliruan akan masyarakat Dayak yang disebut Banyuke ini, terutama generasi muda sekarang dimana dalam anggapan mereka yang disebut orang Banyuke adalah Suku Dayak kanayatn yang berdialek Banane / Bangape alias orang Darit dan cenderung teguh meyakininya, padahal yang benar adalah untuk sebutan masyarakat Dayak Kanayatn yang berdialek Banyadu, hal ini tentu didasari oleh alasan bahwa semua desa atau semua penduduk yang tinggal di hilir dekat muara dan di hulu dari sungai yang mengalir di daerah tersebut adalah orang Banyadu, dan terlebih di karenakan asal kata banyuke itu adalah dari nama sebuah Bandong (kampung besar) orang Banyadu yang terletak di hulu sungai Banyuke tersebut.

Nenek moyang orang Banyadu yang telah menyebar ini membangun pemukiman-pemukiman awal di luar bandong mereka, pemukiman awal ini dikenal dengan sebutan Tammakng (baca:Tambang). Penduduk desa awal atau desa asal alias Tamakng orang banyadu di sepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai banyuke ini seperti masyarakat Dayak lainnya juga melakukan kegiatan perladangan. Semakin lama semakin jauh ladang yang dibuka, akhirnya karena alasan sudah terlalu jauh dari kampung asal, maka para orang tua dimasa itu berkeinginan mendirikan kampung-kampung baru disekitar ladang mereka. Kampung baru itu disebut dengan istilah Varokng
( baca: Varong) yang bermakna sebagai kampung ladang. Seiring dengan perkembangan zaman dan peningkatan jumlah penduduk akhirnya varokng-varokng tersebut makin lama makin ramai. Desa-desa asal alias Tamakng orang Banyadu antara lain Tamakng Bale, Temia ojol, Padang pio, Loeng, untang, Banyuke, Balantian dan lain-lain. Sementara desa-desa ladang atau Varokng seperti Tititareng, sabah, magon, Teriak,Sentibak, Peranuk, Temia seo, padang manyun, berinang manyun, sinto, kampet, sentibak dan lain-lain.

[sunting] Budaya
Adat budaya masyarakat Banyadu umumnya sama dengan adat Dayak rumpun Klemantan lainnya, yang membedakannya hanya pada istilah penyebutannya saja. Salah satu Adat budayanya yakni baliatn umumnya dijalankan dengan menggunakan bahasa Dayak Kanayatn yang berdialek Bananna meskipun dukun baliannya asli orang Banyadu. Inilah salah satu alasan disamping bahasanya yang menyebabkan Dayak Banyadu di kelompokan ke dalam keluarga Dayak Kanayatn. Sebagaimana masyarakat Dayak lainnya pada masa lampau Orang banyadu juga tinggal di rumah-rumah panjang (rumah Betang atau rumah Bantang) namun sekarang ini tidak ada satupun desa mereka yang masih menyisakannya. Ketika orang Banyadu mendirikan rumah tinggal tunggal (Lamin atau Ramin). Mereka membuat rumah mereka masih mirip rumah panjang, hal ini dilihat dari bentuknya yang juga memanjang hanya saja panjangnya tidak sepanjang rumah panjang komunal. Sampai saat ini rumah-rumah panjang tunggal ini masih terdapat di beberapa desa saja seperti di desa berinang manyun ada dua buah jika masih ada alias belum dibongkar.

[sunting] Agama
Sistem religi orang Banyadu adalah agama adat atau dalam istilah masyarakat Dayak Kalimantan tengah disebut Kaharingan. Sistem kepercayaan ini sudah monoteis yang mana berpusat pada satu Tuhan yang disebut Jubata. Dalam mengontrol dunia Jubata di bantu oleh sangiakng-sangiakng atau semacam malaikat pada agama samawi. Ketika imam Banyadu melakukan ritual agama adat sering nama Jubata disebut-sebut sebagai jubata yang digunung ini, atau gunung itu di daerah ini atau daerah itu, hal ini tidaklah bearti bahwa Jubata tersebut banyak jumlahnya namun lebih bermakna bahwa sang kuasa ( Tuhan ) ada dimana-mana atau berkuasa atas segala sesuatu. Jubata pada masyarakat Dayak Banyadu seperti pada masyarakat Dayak kanayatn lainnya disebut-sebut berdiam atau tinggal di surga atas (saruga samo) atau di lapisan langit ketujuh atau secara khusus disebut dengan istilah Sabayatn. Dimasa sekarang orang Banyadu adalah penganut Kristen Katholik, Kristen Protestan dan sisanya pengikut agama adat (Kaharingan).
------------------------------------------------------------


Banyadu or Dayak tribe is one of the main sub-Banyuke Dayak tribes who inhabit the region of West Kalimantan Province, Indonesia.The term "Dayak tribe Banyadu" is taken from the term in their own language which is the origin of the word "Nyadu" which means "No" is the word used as a term distinguishing dialect with other Dayak dialect, while the term "Dayak Banyuke" is taken from the name of the Banyadu Bandong old days which at present only in the form of a village situated in the village district Samade Banyuke upstream.Dayak Banyadu itself is one  in the family Dayak tribe Kanayatn. If the note of the language Dayak- Dayak Bakati Banyadu with a transition between family Kanayatn Dayak- Dayak Bidayuh families where some of the language is similar or the same as the language Kanayatn and partly similar to or the same as the Bidayuh language.
Banyadu vowel sounds generally the same as the language of the other Kanayatn Dayak families tend to go off into the vocal "U" for example the word "no" in the other Kanayatn- Kanayatn Banyadu be "ADU" word "equal" to "Samu" word "Datakng" to be 

" Dutukng "," message "to" pesun ',' smoke 'a' asup "," in "to" Dalum / darupm "," night "to" malum / marupm ", and others.Banyadu many Dayak communities living in the district Banyuke upstream, Banyuke Darit, Meranti, and in the district Ngabang, Ngabang City district and sub-district Hedgehogs Shouts, Bengkayang city, in several villages in the district Samalantan and transmigration villages throughout the district Bengkayang as well as in the District Tayan Hulu, the town figure, and the District Kembayan Kapuas district, and also found in Taiwan (Chinese Taipei). Dayak descent Banyadu located in Taiwan also came from West Kalimantan, Banyadu ancestors who went to Taiwan with their  his wife and children, they were  left with a number of Chinese people were transported to the West Kalimantan number of ships by the Dutch VOC had  been 400 years ago, and hired on plantations owned by the VOC in Taiwan.Before the spread banyadu inhabit inland Kab Landak , Bengkayang and Sanggau Kapuas, Banyadu people inhabiting the region of origin in the upstream sub Banyuke - Banyuke Hulu district west Kalimantan now.

Banyadu the days before all these people inhabit a large village (Bandong) or some sort of era old  Banyadu. Village,  city or town or in terms Banyadunya Dayak called BANNOKNG (Read: Bandong, for those of you who can not jive Dayak) people Bandong Banyadu, named
BANYUKE, Bandong (the village) is central to banyuke- rulled  Dayak Banyadu. Dayak Banyadu  area is called BANUA SATONA its capital at Bandong Banyuke, which is often Banyuke Bandong of banua Satona is only called by the name Bandong satona, of course the question is Bandong (capital / large village) of banua Satona.Since the onset of the Headhunting among Dayak, Dayak ancestors Banyadu began to spread out from its Bandong Banua, Banyadu people who spread it in the path by soldiers Kayau doing headhunting Dayak and conquest to another, resulting in the Banyadu
(
people from Bandong Banyuke) in the past to be very well known and respected as well as feared by other Dayak. Although famous for its valor and bravery, the soldiers  Banyadu did not  conquer another, the soldiers  Banyadu  who fail to bring th human head, chose not to return and settle in the conquered areas and build new settlements there and marry the girl girls conquered the region. 

Dayak warriors generally gone past Banyadu done through the river, downstream along the river that is named the same as the name of the river Bandong Banyuke.
In addition to its activity Headhunting, spread the Banyadu also occur for reasons of shifting, people at that time started looking for a new area that is far from his Bandong for farming, as a result banyuke previously form a large village / town (Bandong) gradually decreases until only be a small village, as in live spread by population. When outside Bandongnya that causes the Dayak banyadu ancient people known as the Dayak community Banyuke by the neighboring country, this is the case, because remember they are from Bandong (large village) Banyuke.Quite often a mistake be called Banyuke Dayak community, especially the younger generation now where the assumption they were called Banyuke is the accent of the Dayak Kanayatn Banane / Bangape in  the Darit and tend to firmly believe in it, but the truth is for the Dayak community designation Kanayatn the accent Banyadu, this course is based on the premise that all villages or all people living in the downstream and upstream near the mouth of the river that flows in the area are Banyadu, and especially in because it is the word origin of the name banyuke a Bandong 

( large village) people Banyadu located at the streams-waters of Banyuke.Banyadu ancestors who have spread these early settlements built outside Bandong their initial settlement was known as Tammakng (read: mine). Villagers start or alias Tamakng the villages along the river banyadu Banyuke and creeks banyuke like other Dayak communities also do farming activities. The longer the farther fields opened, eventually for reasons already too far from the village of origin, then the parents in those early desirous establishing new villages around their fields. The new village termed Varokng(Read: Varong) and serves as the village fields. Along with the times and the increasing number of people are finally varokng-varokng increasingly crowded. Native villages alias Tamakng people Banyadu include Tamakng Bale, Temia ojol, Padang pio, Loeng, untang, Banyuke, Balantian and others. While the fields or villages such Varokng Tititareng, sabah, Magon, Shouts, Sentibak, Peranuk, Temia seo, prairie manyun, berinang manyun, Sinto, kampet, sentibak and others.CultureIndigenous cultural Banyadu generally similar to other indigenous Dayak Klemantan clumps, which distinguishes only on terms only. One of the Indigenous culture baliatn generally run using an accent Kanayatn Dayak language Bananna although native shaman baliannya Banyadu.
This is one reason besides causing Dayak language Banyadu grouped into families Dayak Kanayatn.
As with other Dayak communities in the past people banyadu also lived in long houses (house or home Betang Bantang) but now none of them are still in the  village.
When people Banyadu establish a single dwelling house (Lamin or Ramin).
They made their home still like the home run, it is seen from the shape which also extends along the length not only communal longhouse. Until now, a single long houses are still found in some villages just like in the village there are two manyun berinang if there alias unpacked.ReligionBanyadu the religious system is indigenous religions or in terms of the Dayak of Central Kalimantan called Kaharingan. This is monotheistic belief system which is centered on the Lord called Jubata. In controlling the world Jubata assisted by sangiakng-sangiakng or some angels in the heavenly religions. When the priests perform religious rituals indigenous Banyadu often Jubata name mentioned as a mountain mediating jubata, or mount it in this area or that area, it shall mean that Jubata are not many in number but more significantly that the power (God) exists where- Where or power over all things. Jubata on the Dayak Dayak community Banyadu as in other Kanayatn touted dwell or live in heaven above (saruga samo) or in the lining of the seventh heaven or specifically referred to as Sabayatn.

Banyadu people now are Christian Catholics, Protestants and the remaining followers of indigenous religions (Kaharingan).

=================================
Tokoh-Tokoh Dayak Banyadu


  • Tapanus Tapat, SH. MH. politisi



    Fabianus Oel Borneo
  • Fabianus Oel, M.Pd. Birokrat dan kepala Adat
  • Marcellus Uthan Ssos. Tokoh LSM
  • Florentius Darrem SH. politisi

  • Mion, politisi

  • Pastor Dr. Samuel Oton Sidin, OFM cap. rohaniawan, LSM dan tokoh sosial
  • Yakobus Niron,SH, Politisi dan Pengurus DAD
 


  • Drs Ayub, Tetua Masyarakat Banyadu
 
  • Suprianto,SH. politisi
 
  • Cahya Tanus, SH

  • Drs Kartiyus, Msi. Politisi

No comments:

Post a Comment