Anda di:
Home Majelis Adat Dayak Nasiona28 -December -2012 - 08:24
Sejarah Singkat MADN & Profil
Perjanjian
perdamaian Dayak di Tumbang Anoi tahun 1894 (sekarang di Kabupaten
Gunung Mas/Sei Kahayan, Provinsi Kalimantan Tengah), telah melahirkan
kesepakatan-kesepakatan yang pada intinya membangun peradaban dengan
menciptakan rasa kebersamaan bagi seluruh masyarakat Dayak di bumi
Kalimantan.
Rasa
kebersamaan sebagai pengaruh langsung dari Rapat Damai Tumbang Anoi
1894, bukan hanya sebagai simbol, yang secara moral dan emosional. Bahwa
dengan rapat damai tersebut, eksistensi suku Dayak telah dikenal namun
perlu digali sebagai landasan menstimulasikan peran masyarakat Dayak
dalam pembangunan sebagai orang beradat dan beradab dalam pembangunan
regional dan nasional. Berbagai pertemuan yang bernuansa adat yang
dilakukan oleh tokoh dayak baik di Kalbar, Kaltim, Kalsel dan Kalteng,
sehingga mewarnai kehidupan dan penjalanan bangsa Indonesia. Terutama
yang menyangkut keamanan nasional dan pertimbangan lainnya. Kini
masyarakat Dayak menyadari bahwa perannya perlu lebih luas pada segala
aspek kehidupan, baik sebagai individu, masyarakat, anak bangsa dan
warga negara NKRI.
Pada
tanggal 15 mei 2001, telah menghadap notaris Yuni Astuti, SH, di
Balikpapan, Bapak (alm) DR. Barnabas Selilang, dkk. Mendirikan
perkumpulan “Dewan Adat Dayak Kalimantan” berkedudukan di Balikpapan
(Kal-Tim). Perkumpulan ini berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dengan maksud dan tujuan :
-
Mempersatukan etnis Dayak yang terdiri ratusan anak suku Dayak kedalamsatu wadah persatuan dan kesatuan Dayak.
-
Mewakili etnis Dayak di forum nasional maupun internasional.
-
Memperjuangkan nasib warga Dayak yang ketinggalan dan terbelakang disemua bidang kehidupan
-
Melindungi hak-hak dan kepentingan warga Dayak di segala bidang
-
Meningkatkan sumber daya manusia dan kesejahteraan warga Dayak
-
Melestarikan nilai-nilai adat Dayak, seni dan budaya
-
Menjebatani kepentingan masyarakat Dayak dengan pemerintah dan masyarakat Dayak dengan etnis lainnya.
Sebagai
langkah konkrit untuk meningkatkan peran lembaga ini maka dilakukan
pendekatan-pendekatan dari beberapa tokoh Dayak se-Kalimantan .
Kelahiran DAD Kalimantan masih merupakan embrio, karena dibentuk belum
berdasarkan hasil musyawarah seluruh tokoh, pimpinan adat masing-masing
suku Dayak, maka didorong oleh latar belakang sejarah dan serangkaian
peristiwa yang dihadapi masyarakat Dayak sejak kesepakatan damai di
Tumbang Anoi 1894, belum pernah ada kesepakatan bersatu membangun
kesejahteraan, SDM masyarakat Dayak, meningkatkan harkat dan martabatnya
dalam membangun negara dan bangsa Indonesia.
Dalam
kurun waktu tersebut dan dalam proses pembangunan bangsa Indonesia yang
berumur lebih dari setengah abad, masyarakat Dayak semakin
termajinalisasi dan hampir tercabut dari akar budayanya, menimbulkan
konflik dalam berbagai bidang kehidupan , yang memerlukan kearifan.
Kearifan inilah yang diangkat sebagai modal untuk membangun masyarakat
Dayak disegala bidang. Dan kearifan ini masih kokoh kuat pada masyarakat
yaitu adat istiadat dan hukum adat Dayak yang sejuk, aman dan damai.
Berangkat
dari berbagai hal tersebut maka pada dilaksanakan Munas I Dad
se-Kalimantan di Balikpapan tanggal 29 November 2004, dengan tema :
“Persatuan dan Kesatuan Dayak Dalam Bingkai Nkri“ dan sub tema
“Membangun Karakter Orang Dayak “.
Pemilihan
tema dimaksud adalah sangat penting dalam rangka menyatukan visi dan
misi suku Dayak dalam membela dan membangun NKRI dalam wadah perjuangan
(organisasi warga masyarakat Dayak) yang secara de facto dan de jure
sebagai wadah persatuan dan kesatuan untuk membangun orang Dayak. Dan
dengan sub tema membangun karakter orang Dayak adalah mempersiapkan
diri/jati diri dalam mengadaptasi perkembangan regional, nasional dan
global, sehingga terbangun masyarakat Dayak yang mempunyai harkat dan
martabat.
Munas
I DAD se-Kalimantan yang diselenggarakan di kota Balikpapan (Kalimantan
Timur) 29 November 2004, merupakan puncak dari berbagai pertemuan
Dewan-dewan Adat Dayak dan Majelis Adat Dayak di provinsi-provinsi
regional Kalimantan sebelumnya.
Munas I telah berhasil memilih pengurus Dewan Adat Dayak untuk Tahun 2004-2007 sebagai berikut:
I. Ketua Umum
|
:
|
Kol (purn) Michael Andjioe, SEP, MBA
|
Ketua I
|
:
|
DR. Ellyano S. Lasan , SE, M.Si
|
Ketua II
|
:
|
Kol (purn) Handep
|
Ketua III
|
:
|
Lewis KDR, BBA
|
II. Sekretaris Umum
|
:
|
Yukubus Kumis
|
Sekretaris I
|
:
|
Sony Sabilang, S. Hut
|
Sekretaris II
|
:
|
Jusrani
|
Sekretaris III
|
:
|
Drs. EC. Amulanu A. Lingu, M.Si
|
III. Bendahara
Umum
|
:
|
Ir. Albertus E. Usik
|
Bendahara I
|
:
|
Drs. Noysuis Nereng
|
Bendahara II
|
:
|
Sedau Pitau
|
Bendahara III
|
:
|
Erekto, SE (alm)
|
Munas II dilaksanakan di Pontianak tanggal 2-5 September 2006 dihadiri oleh 300 peserta terdiri dari :
-
Kepala-kepala Adat Besar
-
Kepala Suku
-
Damang,
cendekiawan, kelompok profesional, pemuka/tokoh adat Dayak
se-Kalimantan dan di luar Kalimantan, unsur eksekutif, legislatif, unsur
TNI, Kepolisian RI, Perhimpunan Dayak Serawak-Malaysia.
Munas
ini mendapat tanggapan positif dari pemerintah RI dengan kehadiran
Wakil Presiden RI, bapak Yusuf Kalla, untuk membuka Munas II tersebut
dan didampingi para menteri serta dukungan dari pemerintah daerah.
==============================================
No comments:
Post a Comment