Sunday, December 13, 2015

The Dayak expedition In Peak of Carstensz - Jaya Wijaya Mountains of Papua

Kaum Dayak dalam expedisi Puncak Cartenz – 
Pegunungan Jaya Wijaya Papua
The Dayak  expedition In Peak of Carstensz - Jaya Wijaya Mountains of Papua

Kontribusi suku Dayak dalam expedisi Puncak Cartenz – Pegunungan Jaya Wijaya Papua
Ekspedisi Papua Selatan (1907) adalah percobaan pertama dari 3 rangkaian ekspedisi Belanda menuju pantai selatan dari puncak gunung yang diselimuti salju abadi di Papua Tengah. Ekspedisi ini diorganisasi di bawah bantuan Indisch Comité voor Wetenschappelijke Onderzoekingen dan Maatschappij ter Bevordering van het Natuurkundig Onderzoek der Nederlandsche Koloniën.

Puncak Cartenz - Jaya Wijaya


 Puncak Cartenz – Jaya Wijaya

Pimpinan ekspedisi adalah hakim dan biolog amatir Hendrikus Albertus Lorentz yang laporannya berisi tentang zoologi dan etnografi. Perwira AL Jan Willem van Nouhuys meneliti tentang geologi, topografi, dan meteorologi, dan dokter tentara Gerard Martinus Versteeg yang bertanggung jawab untuk pengawasan kesehatan dan antropologi, sementara “naturalis” J.M. Dumas juga ikut serta karena kecakapannya sebagai peserta ekspedisi penjelajahan sebelumnya di bagian Papua yang tak dapat dimasuki. Tentunya Lorentz dan Versteeg banyak membuat foto ekspedisi.
Let. C. Schultz memegang komando atas kawalan 45 militer, 60 NaPi terhukum yang dijadikan tukang angkut barang dan 60 orang Dayak dari Kalimantan, penghuni asli hutan yang bertugas sebagai pengangkut, pemasang jerat, penunjuk jalan, pembuat bivak dan tukang yang ahli. Dalam kelompok itu juga ada 3 mandor, pengawas orang hukuman, dan sejumlah staf ‘s Lands Plantentuin di Buitenzorg (sekarang Kebun Raya Bogor) yang ahli dalam keterampilan dan perawatan kumpulan spesimen botani.

Orang Dayak yang melakukan ekspedisi Puncak Cartenz
Orang Dayak yang melakukan ekspedisi 
Puncak Cartenz
 
Cartenz Piramid merupakan puncak tertinggi dari pegunungan jayawijaya yang terdapat di tanah papua. Puncak ini pertama kali di temukan oleh Jan Cartenz, ketika pelayarannya dia melihat sebuah puncak gunung yang tertutup oleh lapisan putih yang diduga adalah lapisan salju. Ada gunung salju di Khatulistiwa. Awalnya Jan Carstensz dianggap mengada-ada karena laporannya itu. Seiring waktu datanglah berita lain tentang adanya pegunungan salju di Amerika selatan, juga di tahun 1848 seorang misionaris melaporkan hal serupa di Afrika utara. Perhatian pun mulai tertuju pada puncak salju yang dilaporkan oleh Jan Carstensz. Lebih dari dua ratus lima puluh tahun lamanya, ekspedisi pendakian pertama baru dilakukan oleh H.A Lorentz di tahun1907. Ekpedisi selama 6 bulan tersebut mengalami kegagalan akibat keganasan alam Papua. Pada tahun 1913 Jan Cartenz seorang Naturalist asal Inggris A F R Wollaston berhasil mencapai hidung glasier di sisi Selatan Carstensz setelah melalui perjalanan melelahkan melewati hutan di pesisir selatan Papua. Ia membutuhkan 92 hari untuk mencapai 50km terakhir Kegagalan demi kegagalan terus dialami dalam pencapaian puncak Cartenz, akhirnya seoarang pendaki berkebangsaan Austria H. Herrer bersama beberapa rekannya berhasil mencapai puncak tertinggi di kawasan Oceania ini, Cartenz akhirnya ditaklukkan.
Tetapi dibalik gemilangnya keberhasilan pendakian cartenz pyramid, hanya sedikit orang yang mengetahui sebuah kenyataan bahwa peran suku dayak sebagai kaum perintis sangat vital. Suku asli Kalimantan ini adalah orang-orang yang diberi karunia dan anugrah oleh sang pencipta sebagai kaum-kaum yang memiliki tenaga kuat dan tahan terhadap siksaan alam. Mereka juga terkenal sebagai kaum perintis sungai, dengan pakaian seadanya mereka berhasil menghantarkan H. Herrer dan rekan-rekannya menuju puncak cartenz. Penghargaan yang diberikan atas besarnya jasa suku dayak dalam pendakian Cartenz piramind ditandai dengan menamai salah satu jalur pendakian nya yaitu Dayak Pass. Sebuah jalur untuk mereka yang pemberani.
Itulah sekarang menjadi Freeport.


Lembah Baliem ditemukan secara kebetulan pada tanggal 23 Juni 1938 oleh seorang peneliti asal Amerika, Richard Archbold, saat melakukan penerbangan di atas lembah dengan pesawat terbang airnya PBY Catalina 2 bernama Guba II. Archbold , pakar ilmu hewan dan filantropis, adalah cucu industrialis minyak yang kaya raya John Dustin Archbold. Richard disekolahkan di sekolah-sekolah privat dan mengikuti kuliah di Universitas Columbia tetapi tidak pernah mengakhiri studinya. Pada tahun tiga-puluhan dia membiayai dan memimpin tiga ekspedisi ilmu hayat ke New-Guinea.  

 Baliemvallei vanuit de lucht
 Lembah Baliem

Ekspedisinya yang ketiga dan yang paling ambisius dilaksanakan antara bulan April 1938 dan bulan Mai 1939 dan diarahkan  pada penelitian di sisi utara Pegunungan Nassau (kini Pegunungan Jayawijaya) di pegunungan tengah. Daerah penelusuran beliau  terbentang dari puncak gunung Wilhelmina (kini Puncak Trikora) sampai sungai Idenburg (anak sungai Memberano yang sekarang disebut Taritatu) dimana beliau melakukan penelitian terhadap vegetasi mulai dari tumbuh-tumbuhan di atas permukaanlaut sampai di daerah-daerah pada ketinggian 4000 meter. Selama perjalanannya beliau menggunakan pesawat terbang air yang dapat mendarat di atas permukaan danau dan sungai demi kelancaran penyediaan kebutuhan ekspedisi selain untuk melakukan pemotretan dari udara. Pada salah satu penerbangan pengintaian beliau melihat dari udara suatu kawasan dengan ladang-ladang pertanian dan kebun-kebun yang tersusun rapih disamping desa-desa. Setelah penemuan kawasan tersebut lembaga Museum of Natural History dari Amerika bersama dengan Archbold menyelenggarakan suatu ekspedisi ke kawasan ini yang merupakan ekspedisinya yang ke-empat. Ekspedisi ini mempunyai dua titik awal, yang satu adalah danau yang terletak berdekatan dengan sungai Hablifuri di Meervlakte yang kemudian dinamakan ‘Danau Archbold” dan kedua adalah “Danau Habbema”, yang terletak pada ketinggian 3225 meter di atas permukaan air dekat puncak Wilhelmina  sebelah barat Lembah Baliem. Untuk ekspedisi ini direkrut 73 orang Dayak dari Borneo sebagai pekerja pengangkat barang.

 Pendakian cartenz pyramid

Suku Dayak Pengangkut Barang



No comments:

Post a Comment