MISI KATOLIK DAN PENDIDIKAN ORANG DAYAK
CATHOLIC MISSION AND EDUCATION
OF DAYAK PEOPLE
Karya misi Katolik dimulai di bagian selatan Kalimantan Timur atau
daerah sungai Mahakam. Ketiga misionaris yang pertama dari ordo OFMCap
memulainya di stasi Laham pada bulan Juni 1907.
Mereka adalah Pastor Libertus Cluts OFMCap, Pastor Camillus Buil OFMCap dan Bruder Ivo OFMCap. Pada awalnya para misionaris itu mau memulai karya misi di kampung lain, misalnya Mamahak Besar atau Long Iram, tetapi akhirnya kampung Laham yang dipilih karena jumlah penduduknya waktu itu 96 orang.
Mereka adalah Pastor Libertus Cluts OFMCap, Pastor Camillus Buil OFMCap dan Bruder Ivo OFMCap. Pada awalnya para misionaris itu mau memulai karya misi di kampung lain, misalnya Mamahak Besar atau Long Iram, tetapi akhirnya kampung Laham yang dipilih karena jumlah penduduknya waktu itu 96 orang.
Perubahan baru terjadi untuk
Gereja di Kalimantan – awalnya dirintis oleh Pastor H. Looymans
diutus menjadi misionaris pertama bagi orang Dayak, tanggal 29 Juli
1890. Takhta Apostolik mendirikan dan menetapkan Kalimantan sebagai Prefektur Apostolik baru
pada tanggal 11 Februari 1905, sebagai bagian dari Vikariat Batavia.
Prefektur baru ini diserahkan kepada para imam Ordo Fransiskan Kapusin
yang dalam hal ini ditangani oleh Kapusin Provinsi Belanda. Pada saat
bersamaan, Takhta Apostolik mengangkat Pastor Giovanni Pacificio Bos,
OFM. Cap sebagai Prefek Apostolik Kalimantan yang pertama.
Tanggal 30 November 1905, para misionaris Kapusin pertama tiba di
Singkawang. Prefektur baru ini meliputi seluruh wilayah Kalimantan yang
dikuasai oleh Belanda (Borneo Hollandese) pada waktu itu,
dengan tempat kedudukan Prefek Apostolik di Singkawang. Ketika stasi
(paroki) Pontianak dibuka pada tahun 1909, maka pusat pelayanan dan
tempat tinggal Prefek pun dipindahkan ke Pontianak pada tahun yang sama.
Sejak
ditinggalkan tahun 1898, baru pada bulan Mei 1906, stasi Sejiram
dikunjungi lagi oleh Pastor. Kunjungan ini dilakukan oleh Prefek
Apostolik Pacificio Bossendiri. Tujuannya semata untuk suatu penjajakan.
Setelah kunjungan penting ini, Prefek memutuskan untuk membuka kembali
stasi Sejiram. Akhirnya, pada tanggal 22 Agustus 1906, stasi Sejiram
resmi dibuka atau diaktifkan kembali oleh Prefek Apostolik seraya
menugaskan Pastor Eugenius OFM Cap, Pastor Camillus OFM Cap, dan Bruder
Theodorius OFM Cap untuk menetap dan melayani umat di stasi Sejiram.
Tahun 1907, sebuah gereja dan pastoran baru telah berdiri. Sayangnya dua
bangunan ini terbakar habis pada tahun 1913.Diduga gereja dan pastoran
ini dibakar oleh anak Pak guru Djandung, yang tidak suka dengan para
Pastor.
Tidak
lama kemudian karya misi di Sejiram diperkokoh dengan datangnya
beberapa Suster Fransiskanes dari Veghel (Suster Fransiskus dari
Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC), yaitu, Sr. Didelia,
Sr. Casperina dan Sr. Cajetana pada tahun 1908. Datangnya para
misionaris Kapusin dan Suster-Suster Fransiskanes tersebut merupakan
titik awal baru perkembangan Gereja di wilayah ini. Ladang sudah dibuka
dan benih mulai ditanam. Wilayah stasi Sejiram ini meliputi wilayah
Keuskupan Sintang dan sebagian dari wilayah Keuskupan Sanggau sekarang
ini.
Ketika
para misionaris Kapusin datang ke Sejiram, mereka tidak menemukan
apa-apa lagi kecuali rumah tinggal Pastor. Gedung lain, seperti Gereja,
sekolah dan ruma-rumah lainnya yang dibangun oleh Pastor Looymans,sudah
tidak ada. Gedung telah hilang dan musnah, tetapi benih iman kristiani
yang dulu ditanam ternyata masih hidup dan bertumbuh, walaupun
ditinggalkan selama beberapa tahun. Beberapa umat Katolik yang
dipermandikan sebagai anak kecil oleh Pastor Looymans ternyata masih
ada. Setiap hari Minggu berkumpul rata-rata 50 orang untuk sembahyang
dan mengikuti pelajaran agama. Gereja dan Pastoran baru pun segera mulai
dibangun.
CATHOLIC MISSION AND EDUCATION
OF DAYAK PEOPLE
Catholic mission work began in the southern part of East Kalimantan, Mahakam area. These three were the first missionaries of the Capuchin order in stations Laham started in June 1907.
They are Libertus Cluts Capuchin Father, Father Camillus and Brother Ivo Buil Capuchin Capuchin. At first the missionaries would begin mission work in other villages, such as Mamahak Large or Long Iram, but eventually the village Laham chosen because the population at that time 96 people.
The new changes happening to the Church in Borneo - originally pioneered by Pastor H. Looymans became the first missionary sent to the Dayaks, dated July 29, 1890 established the Apostolic See and set Kalimantan as the new Apostolic Prefecture on February 11, 1905, as part of the Vicariate of Batavia. This new prefecture handed over to the priests of the Capuchin Franciscan Order in this case is handled by the Capuchin province of the Netherlands. At the same time, the Apostolic See appointed Father Giovanni Pacificio Boss, OFM. Cap as first Prefect Apostolic of Borneo. Dated 30 November 1905, the first Capuchin missionaries arrived in Singkawang. This new prefecture covers the entire territory controlled by the Dutch Borneo (Borneo Hollandese) at that time, the seat of the Prefect Apostolic in Singkawang. When outstations (parish) Pontianak opened in 1909, the service center and shelter prefect was moved to Pontianak in the same year.
Since abandoned in 1898, it was not until May 1906, Sejiram stations visited again by Fr. The visit was carried out by the Prefect Apostolic Pacificio Bossendiri. Its purpose is solely to an assessment. After this important visit, prefect decided to reopen Sejiram stations. Finally, on August 22, 1906, officially opened Sejiram stations or reactivated by the Prefect Apostolic Father Eugene while assigning OFM Cap, Father Camillus OFM Cap, and Brother Theodorius OFM Cap to settle and serve the people in Sejiram stations. In 1907, a new church and rectory had been standing. Unfortunately these two buildings burned down in the church and rectory 1913.They were burned by Mr. Djandung's children, who did not like with the Father.
Not long after the work of the mission in Sejiram strengthened by the arrival of some of the Franciscan Sisters of Veghel (Sisters of St. Francis of the Immaculate conception of the Holy Mother of God (SFIC), namely, Sr. Didelia, Sr. and Sr. Casperina Cajetana in 1908 The arrival of the Capuchin missionaries and the Franciscan Sisters is a new starting point for the development of the Church in this region. fields have been opened and the seed was planted. region Sejiram stations include Sintang diocese and diocese Sanggau part of this now.
When the Capuchin missionaries came to Sejiram , they did not find anything else except stay home Father. Other buildings, such as churches, schools and other ho-houses built by Father Looymans, is not there. The building has been lost and destroyed, but the seeds were first planted the Christian faith was still alive and growing, although abandoned for several years. Some Catholics were baptized as a child by Father Looymans was still there. Every Sunday gathered an average of 50 people to worship and follow religious instruction. Church and a new rectory was built soon.
Sumber : http://www.gerejasejiram.com/sejiram/index.php?option=com_content&view=article&id=17&Itemid=19
No comments:
Post a Comment