Thursday, March 21, 2013

Origin of the term Dayak - Western writers still consider term as a hypothesis:


Origin of the term Dayak -
Western writers still consider term as  a hypothesis: In 1757 J. A van Hohendorff first used the term "Dayak People" to " Wild Mountain People " in his book
" Radicale Beschrijving van Banjermassing "



So far we know that the native island of Borneo is the Dayak. But most of us are not aware of since when the term Dayak started popularized by writers of the term Dayak. Western writers still consider term as  a hypothesis, so it is still blurry. Native of the island of Borneo itself does not use that term.

As for some of the hypotheses about the term Dayak proposed by Western writers are as follows:

a. In 1757 J. A van Hohendorff first used the term "Dayak people" to "wild mountain people" in his book "Radicale Beschrijving van Banjermassing"

b. J. A Crawfurd states that "Dyak" used by the Malays to show "wild race" who live in Sumatra, Sulawesi and Kalimantan especially. It is written in the book entitled "A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Cauntries".

c. P. J Veth said that the term Dayak is a collective name for the non-Muslim population in Borneo. But he could not find a specific group using the name "Dayak" is. He explained that the name of the Dayak always used as a prefix for indigenous groups such as: Dayak Pari, Riboen Dayak, Dayak Kantouw ". It is written in his book "De Oorsprong van De Naam Dajak".

d. M. T. H Perelaer wrote in his book "Borneo van Zuid Naar Der Nord and Ethnographische Beschrijving Dajaks, stating that no where in the Borneo Dayak said that except in areas that have direct contact with the Europeans. He also explained that the word Dajak (Dayak) stands Dadajak (Dadayak) which means "go limp". So the name of the Dayak is a derogatory term and popularized by the Europeans themselves.

e. H. Scharer stated that the term Dayak, which means Malay indigenous Malay people use the term beach to show the natives of Borneo as a "backwoodsman". Now used as a collective term for the indigenous Christians and Kaharingan of Borneo. It is written in the book "Ngaju Religion".

Because the word has connotations humble Dayak, Dayak people try to avoid it. But now they have received word to indicate identititas cultural and socio-political. But they prefer to write power by eliminating the phoneme "K". It is written by Michail Coomas in his book "Man Power, Formerly. Now and the Future. "

I quote from the article above book by Helius Sjamsuddin entitled "Roots Pegustian and Chief Social, Political, ethnicity, and Dynasty Resistance in South Kalimantan and Central Kalimantan, 1859-1906" published by Central Library in 2001. This paper is intended to explain and inform readers about the use of the term Dayak by Western writers without intent to corner a group or groups, in the hope we would appreciate the genuine and peaceful coexistence.

dayak

Panglima Dayak

Asal-Usul Istilah Dayak


Selama ini kita mengenal bahwa penduduk asli pulau Kalimantan adalah suku Dayak. Namun kebanyakan dari kita kurang mengetahui sejak kapan istilah Dayak mulai dipopulerkan oleh para penulis dari Barat. Mengenai istilah Dayak para penulis Barat masih menganggap istilah tersebut sebagai sebuah hipotesis, sehingga sebenarnya masih kabur. Penduduk asli pulau Kalimantan sendiri tidak menggunakan istilah tersebut.
Adapun beberapa hipotesa tentang istilah Dayak yang dikemukakan oleh penulis Barat adalah sebagai berikut :
a. Tahun 1757 J. A van Hohendorff pertama kali menggunakan istilah “orang-orang Dayak” untuk “orang-orang pegunungan liar” di dalam bukunya yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing”
b. J. A Crawfurd menyatakan bahwa “Dyak” digunakan oleh orang-orang Melayu untuk menunjukan “ras liar” yang tinggal di Sumatra, Sulawesi dan terutama di Kalimantan. Hal ini ditulis di dalam bukunya yang berjudul “A Descriptive Dictionary of The Indian Islands and Adjacent Cauntries”.
c. P. J Veth mengungkapkan bahwa istilah Dayak adalah suatu nama kolektif untuk penduduk non-Islam di Kalimantan. Tetapi ia tidak berhasil menemukan kelompok khusus yang menggunakan nama “Dayak” itu. Ia menjelaskan bahwa nama Dayak selalu digunakan sebagai prefik bagi kelompok pribumi tertentu seperti : Dayak Pari, Dayak Riboen, Dayak Kantouw”. Hal ini ditulisnya di dalam bukunya yang berjudul “De Oorsprong van De Naam Dajak”.
d. M. T. H Perelaer menulis di dalam bukunya “Borneo van Zuid Naar Nord dan Ethnographische Beschrijving Der Dajaks, menyatakan bahwa tidak ada dimanapun di Kalimantan kata Dayak itu kecuali di daerah-daerah yang mempunyai kontak langsung dengan orang-orang Eropa. Ia juga menjelaskan bahwa kata Dajak (Dayak) adalah singkatan dari Dadajak (Dadayak) yang artinya “berjalan limbung”. Jadi nama Dayak adalah suatu istilah merendahkan dan dipopulerkan oleh orang-orang Eropa sendiri.
e. H. Scharer menyatakan istilah Dayak itu dari bahasa Melayu yang artinya penduduk asli, orang-orang Melayu pantai menggunakan istilah itu untuk menunjukan penduduk asli dari Kalimantan sebagai “backwoodsman”. Kini digunakan sebagai istilah kolektif untuk penduduk asli yang beragama Kristen dan Kaharingan dari Kalimantan. Hal ini ditulisnya di dalam buku “Ngaju Religion”.
Oleh karena kata Dayak mempunyai konotasi merendahkan, orang-orang Dayak berusaha untuk menghindarinya. Tetapi sekarang mereka telah menerima kata tersebut untuk menunjukan identititas kultural dan sosio-politik mereka. Tetapi mereka lebih menyukai menulis Daya dengan menghilangkan fonem “K”. Hal ini ditulis oleh Michail Coomas didalam bukunya “Manusia Daya, Dahulu. Sekarang dan Masa Depan.”
Tulisan diatas saya kutip dari buku karangan Helius Sjamsuddin yang berjudul “Pegustian dan Temenggung Akar Sosial, Politik, Ethnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906” terbitan Balai Pustaka tahun 2001. Tulisan ini dimaksudkan untuk menerangkan dan memberi informasi kepada para pembaca tentang penggunaan istilah Dayak oleh penulis-penulis Barat tanpa maksud menyudutkan suatu kelompok atau golongan, dengan harapan kita lebih menghargai penduduk asli dan dapat hidup berdampingan dengan damai.


Gadis Dayak



Wanita Dayak era tahun dibawah 1970-an

Note:

Posted: 28 Maret 2009
This article ever posted on a daily Sinar Borneo, published on Friday, 27 March 2009 in the opinions section.
Note :
tulisan ini pernah di muat di harian Sinar Kalimantan, terbitan hari jumat 27 maret 2009 dalam rubrik opini.

http://jalian.wordpress.com/2009/03/28/asal-usul-istilah-dayak/

https://www.facebook.com/yk.alexander.nahason

No comments:

Post a Comment