Sunday, February 10, 2013

Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) recognizes that coal mining in Kalimantan greatly exaggerated.


Jakarta is very dependent with Borneo
Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) recognizes that coal mining in Kalimantan greatly exaggerated.



Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa penambangan batu bara di Pulau Kalimantan sangat berlebihan. Karena itu Kementerian ESDM akan mendorong peningkatan eksplorasi dan eksploitasi batu bara di Pulau Sumatera untuk bisa menggenjot produksi pada tahun-tahun mendatang.

”Wilayah Sumatera memiliki cadangan yang jauh lebih besar, namun eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan di wilayah tersebut masih kalah dibanding wilayah Kalimantan,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM R Sukhyar di Jakarta, Selasa (8/1/2013).

Menurut Sukhyar, saat ini distribusi pertambangan batubara di Indonesia mengalami ketimpangan. Dari potensi tambang batubara sebesar 161 miliar ton di Indonesia, sebanyak 53 persen berada di Pulau Sumatera dan hanya 47 persen berada di Pulau Kalimantan. ”Namun saat ini 92 persen eksplorasi dan eksploitasi batubara ada di Kalimantan, sedangkan di Sumatera hanya 8 persen,” kata Sukhyar.

Data Badan Geologi, Kementerian ESDM menyebutkan, dari potensi sumber daya batubara sebesar 161 miliar ton, sebanyak 120 miliar ton berupa tambang terbuka, sedangkan 41 miliar ton lain berada di dalam tanah. Dari jumlah itu, total cadangan batu bara yang bisa segera dieksploitasi mencapai 28 miliar ton.

Menurut Sukhyar, ketimpangan itu terjadi karena wilayah Kalimantan menawarkan infrastruktur yang lebih baik dibanding dengan Sumatera. Selain itu, Kalimantan juga memiliki sungai-sungai yang besar yang bisa digunakan untuk sarana transportasi batu bara, sedangkan wilayah Sumatera sebagian besar hanya memiliki sungai-sungai kecil.




Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) recognizes that coal mining in Kalimantan greatly exaggerated.
Therefore the Ministry of Energy will encourage increased exploration and exploitation of coal in Sumatra to be able to ramp up production in the coming years.


"Sumatra has a much larger reserves, but exploration and exploitation in the region is still less than the Kalimantan region," said Head of Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources R Sukhyar in Jakarta, Tuesday (01/08/2013).

According Sukhyar, current distribution of coal mining in Indonesia is experiencing inequality. Of mining potential of 161 billion tons of coal in Indonesia, 53 per cent of the island of Sumatra, and only 47 percent of the island of Borneo. "But today 92 percent of the exploration and exploitation of coal in Kalimantan, Sumatra, while only 8 percent," said Sukhyar.

Data Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources said, of the potential resources of 161 billion tonnes of coal, 120 billion tons of open pit mines, while another 41 billion tons in the soil. Of that amount, the total coal reserves that can be exploited soon reach 28 billion tons.

According Sukhyar, discrepancy was due to the Kalimantan region offers better infrastructure than Sumatra. In addition, Kalimantan also has large rivers that can be used to transport coal, while Sumatra have largely small rivers.

Another factor is a coal mine in Sumatra, frequent intersection or overlapping with forest plantations and nature reserves. So the interest of employers to invest in Sumatra slightly reduced.

To that end, the government is currently building a coal transport in Sumatra. The data shows, there are six coal railway project that is currently being worked on. The projects include, coal trains in Tanjung Carat undertaken by PT Adani South Sumatra coal railway project linking Lahat-Muara Tanjung Lematang-Lago, which is now entering the stage of finishing and doing PT Servo Lintas Raya.

There are also coal railway project Tanjung Enim-Balfour-Srengsem Lampung which is currently still in the study phase and do PT Kereta Api Indonesia (KAI) and coal railway project Musi Rawas-Tanjung Api-Api done PT Reliance India.

Sukhyar added that the current levels of production and export of coal in Indonesia too fast compared to domestic consumption. Sukhyar therefore support the current restrictions on the export of coal by the Indonesian Government. "Today just was not good. I'm sure will bounce back quickly, because energy prices are usually quickly recovered, "he said.


Faktor lainnya adalah tambang batu bara di Sumatera, sering mengalami persinggungan atau overlapping dengan perkebunan dan hutan suaka alam. Sehingga minat pengusaha untuk berinvestasi di Sumatera sedikit berkurang.



Untuk itu, pemerintah saat ini sedang membangun transportasi batu bara di wilayah Sumatera. Data menunjukkan, ada enam proyek kereta api batu bara yang saat ini sedang dikerjakan. Proyek-proyek itu antara lain, kereta api batubara di Tanjung Carat yang dikerjakan PT Adani Sumsel, proyek kereta api batu bara yang menghubungkan Lahat-Muara Lematang-Tanjung Lago yang saat ini sudah memasuki tahap finishing dan dikerjakan PT Servo Lintas Raya.

Juga ada proyek kereta api batubara Tanjung Enim-Baturaja-Srengsem Lampung yang saat ini masih dalam tahap studi dan dikerjakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan proyek kereta api batu bara Musi Rawas-Tanjung Api-Api yang dikerjakan PT Reliance India.

Sukhyar menambahkan, saat ini tingkat produksi dan ekspor batu bara di Indonesia terlalu cepat dibandingkan dengan konsumsi domestik. Oleh karena itu Sukhyar mendukung upaya pembatasan ekspor batubara yang saat ini dilakukan Pemerintah Indonesia. ”Saat ini hanya sedang tidak bagus. Saya yakin akan kembali menguat dengan segera, karena harga komoditas energi biasanya cepat pulih,” katanya.



(Sudarsono/Koran SI/wdi)

No comments:

Post a Comment