Tuesday, January 8, 2013

Does it threaten the Dayak culture?


Does it threaten the Dayak culture?

========================================================


Fanatisme dan radikalisme agama adalah salah satu hal yang saat ini mengancam budaya Yogya.


it was revealed that religious fanaticism and radicalism is one thing that is currently threatening the culture of Yogya.


Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta menggelar 'Gathering Budaya' 2012 di Pendopo Gamelan Yogyakarta. Pertemuan digelar untuk membahas permasalahan yang dihadapi Yogya, terutama dari sisi budaya, dengan menghadirkan budayawan Indra Tranggono sebagai narasumber. Dari hasil diskusi dengan berbagai pihak, terungkap bahwa fanatisme dan radikalisme agama adalah salah satu hal yang saat ini mengancam budaya Yogya.


Beberapa tokoh masyarakat yang hadir menyesalkan adanya perilaku warga Yogya yang kini kian mengesampingkan karakter Yogya yang toleran dan menjunjung tinggi budaya. Misalnya, kian banyak PNS dalam upacara menggunakan adat Jawa di Pemkot Yogya yang tidak menggunakan sanggul. Selain itu, kini adanya pembagian kantin muslim-non musilm, maupun WC muslim-non muslim yang dirasa sangat tidak pas dengan kultur Yogya.

Indra Tranggono dalam kesempatan ini menyampaikan, nilai yang menjadi orientasi utama Yogya yang harus senantiasa dipertahankan adalah 'memayu hayuning bawana', yang menjadi intisari keistimewaan Yogya. Selain terdapat pendukung fisik dan geografis, terdapat mitos-mitos, perilaku dan aktivitas warga yang .

"Yogya itu bersifat terbuka dan ramah, toleran, menghargai pluralisme dan multikulturalisme. Jadi kalau ada orang Yogya tidak toleran itu aneh," ujarnya, Kamis (27/12) sore.

Ia mengakui, salah satu tantangan yang dihadapi budaya Yogya adalah adanya sikap eksklusif, yang mendorong munculnya kebudayaan yang homogen. Primordialisme budaya dan radikalisme agama adalah salah satu pemicu utamanya.

"Yogyakarta itu komunal, bukan individual. Produktif, dan penuh kreasi. Basis kebudayaan adalah publik, baru aktor-aktor birokrasi di berbagai level. Karena itu ini harus menjadi perhatian," ujarnya.

Selain itu, tantangan lain yang mengancam budaya Yogya menurutnya adalah masalah kurangnya tata kelola yang baik terhadap nilai-nilai budaya terutama budaya fisik. Ini menyangkut birokrasi dan regulasi. Karena itu perlu dibuat peraturan perundang-undangan yang senantiasa melindungi budaya itu sendiri.

"Misalnya walikota bisa membuat perda yang melestarikan kesenian rakyat di setiap kelurahan. Ini adalah suatu terobosan yang perlu dilakukan," imbuhnya. (Den)

Culture and Tourism Department of Yogyakarta held 'Cultural Gathering' 2012 in Yogyakarta Gamelan verandah. The meeting was held to discuss the problems facing Yogya, especially in terms of culture, presenting cultural Tranggono Indra as a resource. From the discussions with the various parties, it was revealed that religious fanaticism and radicalism is one thing that is currently threatening the culture of Yogya.

Some community leaders were present regretted the behavior of people who are now increasingly ruled Yogyakarta Yogya character of tolerance and cultural respect. For example, a growing number of civil servants in using traditional Javanese ceremony in Yogyakarta city government that does not use bun. Besides, now the division of Muslim-non musilm canteen, and toilets Muslim-non-Muslim who felt very ill-fitting with the culture of Yogya.

Indra Tranggono delivered on this occasion, the value of the primary orientation must always be maintained Yogya is 'Memayu hayuning bawana', which is the essence of privilege Yogya. In addition there is a physical and geographical support, there are myths, behavior and activities of citizens.

"Yogya it is open and welcoming, tolerant, respect for pluralism and multiculturalism. So if anyone intolerant Yogya was strange," he said, Thursday (27/12) afternoon.

He admitted that one of the challenges facing culture Yogya is the exclusive attitude, leading to a homogeneous culture. Primordial cultural and religious radicalism is one of the main triggers.

"Yogyakarta is communal, not individual. Productive, and full of creativity. Basis culture is public, new bureaucratic actors at various levels. Therefore it should be a concern," he said.

In addition, other challenges that threaten Yogya culture says is the lack of good governance to cultural values, especially physical culture. This is related to bureaucracy and regulation. Because it needs to be legislation that continues to protect the culture itself.

"For example, the mayor may make regulations that preserve the folk art in each village. This is a breakthrough that needs to be done," he added.

http://krjogja.com/read/156060/fanatisme-keagamaan-ancam-budaya-yogya.kr

No comments:

Post a Comment