DAYAK TIDUNG-
DAYAKS WHO ARE ASHAMED TO ADMIT AS DAYAK
Dayak Tidung- malu mengaku sebagai Dayak
The Tidung or Tidong (Dutch: Tidoeng) are a group of Dayak people who lived in northeastern part of Borneo and surrounding small islands. They lived on both sides of the border of Malaysia and Indonesia.[1] They are closely related to other native people in northeastern Borneo, such as Murut people.
Tidung speak Tidong language, a Bornean language.[4] The Tidong are mostly farmers practising slash-and-burn agriculture. Some are ocean fishermen. They grow sweet potatoes, cassava, lentils,
fruits, and vegetables. Their farming methods are often accused of
being the main cause of forest fires in Kalimantan. Generally, the
Tidong are Muslims, but a few remain animist.
In the procession of the treatment of his mediator called
"TOK-witches". Before fully converted to Islam, people familiar with the tradition of such treatment Tidung "purchase" where people Tidung will dialogue with supernatural powers and make the crotch MAHLIGAI to be delivered to a place or a large tree which is believed as a medium for dialogue with the supernatural powers.
When the ceremony was taking place, two actors play roles that are recognized as Punggur and SUWANU. They will memabawa MAHLIGAI crotch while sprinkling perfume extracted from flowers after that they will bring the dew which is taken from the top of the mountain as medicine. As they danced around people who are sick, dew it will be sprinkled into the sick person's body earlier.
Stories beliefs and traditions of the tribe Tidung before becoming Malays can we listen to the poem called SELUDEN contains legend, saga heroes, warriors, kings. The most famous story is King Natural Buana.
"TOK-witches". Before fully converted to Islam, people familiar with the tradition of such treatment Tidung "purchase" where people Tidung will dialogue with supernatural powers and make the crotch MAHLIGAI to be delivered to a place or a large tree which is believed as a medium for dialogue with the supernatural powers.
When the ceremony was taking place, two actors play roles that are recognized as Punggur and SUWANU. They will memabawa MAHLIGAI crotch while sprinkling perfume extracted from flowers after that they will bring the dew which is taken from the top of the mountain as medicine. As they danced around people who are sick, dew it will be sprinkled into the sick person's body earlier.
Stories beliefs and traditions of the tribe Tidung before becoming Malays can we listen to the poem called SELUDEN contains legend, saga heroes, warriors, kings. The most famous story is King Natural Buana.
Rumah adat Tidung
Dayak Tidung- malu mengaku sebagai Dayak
The Tidung atau Tidong (Belanda: Tidoeng) adalah sekelompok orang Dayak yang tinggal di bagian timur laut Kalimantan dan sekitarnya pulau-pulau kecil. Mereka tinggal di kedua sisi perbatasan Malaysia dan Indonesia. [1] Mereka terkait erat dengan orang asli lainnya di timur laut Kalimantan, seperti orang Murut.
Tidung berbicara bahasa Tidong, bahasa Kalimantan. [4] The Tidong sebagian besar petani yang melakukan tebang-dan-bakar pertanian. Beberapa nelayan laut. Mereka tumbuh ubi jalar, ubi kayu, kacang, buah-buahan, dan sayuran. Metode pertanian mereka sering dituduh sebagai penyebab utama kebakaran hutan di Kalimantan. Umumnya, Tidong adalah Muslim, tetapi beberapa masih animisme.
Clumps Tidung others who still retain their original culture is Dayaks Tingalan, Agagbag Dayak, Dayak Berusu.
Some experts still confused insert it into clumps which are Murut or Tidung.
But it is the language of the linguistic side Tidung has similarities with the Murut language.
Tidung berbicara bahasa Tidong, bahasa Kalimantan. [4] The Tidong sebagian besar petani yang melakukan tebang-dan-bakar pertanian. Beberapa nelayan laut. Mereka tumbuh ubi jalar, ubi kayu, kacang, buah-buahan, dan sayuran. Metode pertanian mereka sering dituduh sebagai penyebab utama kebakaran hutan di Kalimantan. Umumnya, Tidong adalah Muslim, tetapi beberapa masih animisme.
Clumps Tidung others who still retain their original culture is Dayaks Tingalan, Agagbag Dayak, Dayak Berusu.
Some experts still confused insert it into clumps which are Murut or Tidung.
But it is the language of the linguistic side Tidung has similarities with the Murut language.
Pad prosesi pengobatan orang yang menjadi pengantaranya disebut “TOK
BOMOH”. Sebelum sepenuhnya masuk Islam, orang Tidung mengenal tradisi
pengobatan semacam “belian” dimana orang-orang Tidung akan berdialog
dengan kekuatan alam gaib dan membuat KELANGKANG MAHLIGAI untuk diantar
kesuatu tempat atau pohon besar yang dipercaya sebagai media untuk
berdialog dengan kekuatan gaib tersebut. Sewaktu upacara itu
berlangsung, dua orang pelaku memainkan peranan yang dikenali sebagai
PUNGGUR dan SUWANU. Mereka akan memabawa KELANGKANG MAHLIGAI sambil
menaburkan wangi-wangian yang diambil dari bunga-bungaan setelah itu
mereka akan membawa air embun yang diambil dari puncak gunung sebagi
obat.
Sewaktu mereka menari mengelilingi orang yang sakit, air embun itu
akan dipercikan ke tubuh orang yang sakit tadi. Cerita kepercayaan dan
tradisi Suku Tidung sebelum termelayukan dapat kita dengarkan dalam
syair yang disebut SELUDEN berisi legenda, hikayat para pahlawan,
pendekar, raja. Cerita yang paling terkenal adalah Raja Alam Buana.
Rumpun Tidung yang lain yang masih mempertahankan budaya aslinya
adalah orang Dayak Tingalan, Dayak Agagbag, Dayak Berusu. Kada para ahli
masih bingung memasukan ini kedalam rumpun mana apakah Murut atau
Tidung. Tetapi dari sisi linguistic memang bahasa Tidung memiliki
kemiripan dengan bahasa Murut. Berikut daftar kemiripan Bahasa Tidung
dengan Bahasa Murut:
orang tidung memang bukan orang,hanya saja kalau terjadi konflik horizontal dgn suku luar dayak baru lah mereka mengakui mereka orang dayak
ReplyDeletesuku tidung lebih tepatnya melayu
ReplyDeletesuku dayak hanya khas dgn senjata perang sperti : sumpit,mandau,tameng
sedangkan suku tidung tidak mempunyai alat2 itu...saya risih dengar kalau orang tidung itu mengaku dayak