Friday, January 18, 2013

DAYAKS IN BRUNAI DARUSALAM

DAYAKS IN BRUNAI DARUSALAM
By: Midi Johnek


Kota  Brunai Darusalam

Sorry I was in college room  morning and called my name be some times in comments.I wanted to share my experience in Brunei during work, vacancy , and spoil friends, family experts and peers with me who emigrated to Brunei in the 1970s decades and during the mid sixties "economic boom".I do not mean to refute opinions - opinions that we have comments here, but want to add and give a view from various angles in order to be rated and discussed by colleagues - colleagues who want to know more in depth about the situation of the Dayak population in Brunei.I will not repeat what - what is fact and argument that has been presented by our colleague Mr.Patah Katil / Manuk Mancal  that stay longer than me in Brunei but when compared to the long term I often repeat to Brunei  maybe I longer than 1977, so now at least - my least once a year to Brunei.1). Movement of  Dayak to Brunei began in the early 60 decades of confrontation and rebellion during the iban Azahari and absorbed into the Police and the Royal Bristish Tentera and they continued to live there rather than making pension and submissive Want continue as police and Mobile Brigade with royal Malaysia, ( This first wave)2). The second is in the mid sixties is safe during and during the well has encountered oil at sea and many Dayak people emigrate and work as an offshore worker at the construction yard in Kuala Belait shell and crowded them carrying children and wife then "slump settlement "like a newborn in Seria village and Village Mixed close BSP yard in Kuala Belait. (Referred to as workers chung Fah Heng) Almost all workers in the yard are Dayaks.




Kota  Brunai Darusalam


3).
There are also people who fill in the gaps Dayak workspace with the kingdom of Brunei as a job collecting trash, lorry drivers and operators of heavy wheels, and they have given a royal residence and Rosman  experts perceived that their families setinggan they set up home in Batu 4, the Tutong and children - their child is certainly a folk Brunei automatically.4). Category. Dayak who emigrate and work sector target, most of them to build houses in Sg. Chestnut, Bukit chendella, and the workers at the port make it home in estuary and partly also the Dayak people there live in Brakas and Gadong. Partly Brunei marries a man living in Kampung Air, Sg. Kanggis home-law or contract.5). Although Dayak was given the status of democracy but still katogerikan as immigrants bersatus populist. "Citizenship immigrants"6). Native Dayak Brunei consists instead. Dayak Dusun, Bisaya, taggal, Murut (Lun Dayeh), Belait and Iban longhouse located her in Temurong, Brunei. Children - many children they work with the kingdom as a clerk, policy, Askar, bomba and instead there was a civil servant and a teacher, docktor and notary. But unfortunately the Dayak in Brunei should not be involved in politics and their voices rarely heard in which - where the web page or social network.



Kota  Brunai Darusalam


Starting in 2010 they are aware and they make a mass "Dayak Unity Brunei" and now they are joining us in "Borneo Dayak Forum" CBO dpd Sabah is "Sabah Heritage Foundation" headed by DDJK, from SDNU Sarawak and Kalimantan than MADN
.So I am obliged to the Dayak in category 2 category Bruni as she was, native Dayak and Dayak Hijrah.This is the result rather than observation and review accurate that I made during my repeated shuttle to Brunei for 33 years and many of my colleagues - my colleagues who are still living in Brunei since 1977 so now to have  companies, sub-contractors and to have welding workshop (welding ).


I do not argue  in fact put forward by
Mr.Patah Katil / Manuk Mancal  that free no Dayak immigrants, but I substitute the word "migrate" or "The Civilization Movement of the Dayaks". In addition to population of  Dayak and Dayak people made the village  or composed or in the setting or "slump settlemen" Dayak people also have  population growth in Miri and Limbang a lot to give support to the work of the contract in Brunei in  fields of  the oil and gas industry and development sectors and their children schooled in Miri and Limbang and they work in Brunei and go back  a month or 2 weeks followed "shift" them.Perceived that I am currently busy and before I end my sharing, I apologize  may exist among our members who are less familiar with my writing  because  I did not comment on the wisdom or the Indonesian Malay I never learned a language related but I began to learn in groups during the TDU.Greetings ( " tabe" )  from me.


Midi Johnek
By: Midi Johnek


Maaf saya dalam bilek kuliah tadi pagi dan nama saya di sebut beberap kali dlm komen.


Saya ingin share pengalaman saya di Brunai semasa berkerja, libor dan menjarahi teman- teman, ahli keluarga dan rekan- rekan sebaya dengan saya yang berhijrah ke Br
unai pada tahun 70 puluhan dan pertengahan tahun enam puluhan semasa " economic boom".

Saya tidak maksud menyanggah pendapat - pendapat yang telah kita komentar disini, tetapi ingin untuk menambah dan memberi pandangan dari pelbagai sudut demi untuk dinilai dan dibahas oleh rekan - rekan yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang situasi kependudukan orang dayak di Brunai.

Saya tidak akan mengulangi apa - apa fakta dan hujah yang telah diketengahkan oleh rekan kita Sdr. Patah Katil yang tinggal lebih lama daripada saya di Brunai tetapi kalau dibanding jangka masa saya sering berulang alek ke Brunai mungkin saya lebih lama kerana daripada tahun 1977 sehingga sekarang sekurang - kurangnya saya ke Brunai sekali setahun.

1. Penhijrahan Dayak ke Brunai bermula pada tahun awal 60 puluhan semasa konfrontasi dan pembrontakan Azahari dan orang iban banyak diserap menjadi Polisi dan tentera oleh Kerajaan Bristish dan ada daripada mereka terus menetap sehingga pension dan yang mahu balek terus berkhidmat sebagai polisi dan Brimob dengan kerajaan Malaysia, ( ini gelombang pertama)

2. Siri kedua adalah pada pertengahan tahun enam puluhan semasa sudah aman dan semasa itu sumur minyak di laut telah ditemui dan banyak orang Dayak berhijrah berkerja sebagai pekerja offshore dan di yard konstruksi shell di Kuala Belait dan ramai diantara mereka membawa anak dan isteri maka terbentukny "slump settlement" seperti kampung jabang di Seria dan Kampung Campuran dekat yard BSP di Kuala Belait. (Disebut sebagai pekerja chung Fah Heng) Hampir semua pekerja di yard tersebut adalah orang Dayak.

3. Ada juga orang Dayak yang mengisi kekosongan ruang kerja dengan kerajaan Brunai sebagai pekerjaan mengumpul sampah, supir lori dan operator jentera berat punya kerajaan dan mereka diberi rosman tempat tinggal dan memandangkan pertambahnya ahli keluarga mereka maka mereka mendirikan rumah setinggan di Batu 4, jalan Tutong dan anak - anak mereka sudah tentu menjadi rakyat Brunai secara automatis.

4. Kategori. Dayak yang berhijrah dan bekerja disektor binaan, kebanyakan mereka membina rumah di Sg. Berangan, Bukit chendella, dan yang menjadi pekerja di pelabuhan membuat rumah di Muara dan sebahagian juga orang Dayak ada tinggal di Brakas dan Gadong. Sebahagian yang kawin dengan orang Brunai tinggal di Kampung Air, Sg. Kanggis di rumah mentua ataupun kontrak.

5. Walaupun Dayak ini diberi status kerakyatan tetapi masih di katogerikan sebagai immigrants bersatus kerakyatan. " Citizenship immigrants"

6. Dayak asli Brunai terdiri daripada. Dayak Dusun, Bisaya, Taggal, Murut ( Lun Dayeh), Belait dan Iban yang terdapat rumah panjang nya di Temurong, Brunai. Anak - anak mereka banyak berkerja dengan kerajaan sebagai kerani, polis, askar, bomba dan malah ada yang pegawai negeri dan menjadi guru, docktor dan notaris. Tetapi malangnya orang Dayak di Brunai tidak boleh berpolitik dan suara mereka jarang di dengar dalam mana - mana laman web atau network social.

Mulai pada tahun 2010 mereka sudah sedar dan mereka membuat satu ormas " Persatuan Dayak Brunai" dan sekarang mereka bergabung dengan kita dalam "Borneo Dayak Forum" Ormas dpd Sabah adalah " Sabah Heritage Foundation" yang diketuai oleh DDJK, dari Sarawak SDNU dan daripada Kalimantan MADN.

Jadi wajib saya kategori kan Dayak di Bruni sebagai 2 kategori ia itu, Dayak asli dan Dayak Hijrah.

Ini adalah hasil daripada observasi dan kaji selidik yang saya buat semasa saya berulang alik ke Brunai selama 33 tahun ini dan banyak rekan - rekan saya yang masih tinggal di Brunai sejak tahun 1977 sehingga sekarang sudah punyai perusahaan, sub- kontraktor dan punyai bengkel mengelas( welding).

Saya tidak menyangah fakta yang di ketengahkan oleh Patah Katil bahawa tiada Dayak pendatang, tetapi saya gantikan dengan perkataan "berhijrah" atau "The Civilization Movement of the Dayaks". Selain daripada pertumuhan penduduk orang Dayak dan terhasilnya pertumuhan perkampung orang Dayak maupun yang tersusun ataupun secara setingan atau "slump settlemen" orang Dayak juga mengujudkan pertumbuhan penduduk di Miri dan Limbang yang banyak memberi support kepada pekerjaan di Brunai secara kontrak dipelbagai bidang dalam industri minyak dan gas dan sektor pembinaan dan anak mereka disekolahkan di Miri dan Limbang dan mereka berkerja di Brunai dan b alek satu bulan atau 2 minggu sekali mengikut "shift" mereka.

Memandangkan sekarang saya masih sibuk dan sebelum saya akhiri sharing saya, saya memohon maaf kerana mungkin ada dikalangan member kita yang kurang faham dengan tulisan saya kerana saya memang tidak arif berkomentar dalam bahasa melayu ataupun bahasa indonesia kerana saya ngak pernah mempelajari bahasa terkait tetapi saya mulai belajar semasa dlm grup TDU.
Salam dan tabe dari saya.


Kota  Brunai Darusalam

No comments:

Post a Comment